Hari ini di lingkungan RW tempat tinggal saya diadakan senam bersama warga. Acara ini sih sebenarnya tiap bulan dilakukan, bergiliran lokasi antar RT. Kebetulan hari ini adalah giliran RT saya. Ada 12 RT, yang berarti setahun sekali RT saya ketempatan senam bersama.Â
Sebagai tuan rumah, tentu saja persiapan ditanggung oleh kami. Dari mulai persiapan lokasi, mencari Instruktur Senam sebagai pemandu, hingga konsumsi yang hendak disajikan kepada peserta senam.
Persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari, agar acara bisa berjalan dengan lancar dan tidak mengecewakan peserta senam dari RT lain.
Kurang lebih ada 250 warga yang mengikuti senam, loh. Dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja hingga anak-anak. Banyak ya, pesertanya. Iya karena memang warga satu RW.
Bukan senam saja yang dilakukan, melainkan juga ada timbang badan dan mengukur tensi. Petugasnya juga dari warga sendiri, kader PKK. Biasanya yang ingin mengukur tensi adalah lansia dan pralansia.
Sebelum senam dimulai, warga mengantre untuk mengukur tensi dan menimbang berat badan.
Saya juga ikutan duduk untuk mengukur tensi. Wah, waktu saya ukur tensi, ternyata lumayan tinggi. Aduh, harus hati-hati nih. Untung saya orangnya easy going, tidak mudah panik, jadi santai saja. Paling juga mikir paniknya nanti setelah sampai rumah. Hahaha...
Musik mulai menyala. Senampun dimulai. Barisan peserta senam menyesuaikan lokasi, karena memang tidak di lapangan, melainkan di tempat area taman tempat tinggal.Â
Ada barisan yang dari arah gang, atau di tengah area taman, juga jalan. Berpencar. Yang penting bisa gerak badan dan sehat. Mencari keringat, sehingga badan menjadi sehat.
Ternyata menyenangkan ya, bisa gabung mengikuti senam bersama. Gerakan senam dari Instruktur juga mudah diikuti, jadi tidak ketinggalan gerakannya.Â
Saya jarang-jarang mengikuti senam RW bersama warga, karena kebetulan biasanya dilakukan di hari Minggu. Sedangkan pada hari itu saya sering mengunjungi orang tua sebagai tanda bakti. Sesekali saja saya mengikuti dan tidak tiap bulan. Padahal acara ini menyehatkan dan membuat bahagia, loh.
Setelah selesai senam, saatnya menikmati hidangan yang disediakan. Teh hangat menari-nari, air putih bagai berteriak memanggil, bisa menjadi pengganti cairan dalam tubuh yang keluar ketika senam. Jangan sampai dehidrasi, ya.
Hari itu, sajian Nasi Pindang makanan khas Kota Kudus sudah berjajar rapi di meja. Persiapan menata piring berisi nasi dan daging sudah dilakukan oleh katering yang kami pesan.Â
Hem, lumayan juga rasanya. Tidak harus ke Kudus buat merasakannya. E tapi, kalau di Kota Kudus, biasanya Nasi Pindang memakai daging kerbau. Sedangkan yang ini memakai daging sapi. Sama enaknya.
Nah, tak lupa, setelah selesai senam, para ibu berfoto sebagai kenangan. Maklumlah. Begitulah. Jika dibandingkan dengan para bapak, 1:10. Bapak berfoto 1 kali cukup, sedangkan ibu 10 kali kadang belum puas.Â
Itulah sebagian bahagia dari acara senam. Berkumpul, mengobrol, silaturahmi, menikmati hidangan, dan foto-foto.
Mendapat sehat dari senam, dan memberikan efek bahagia, karena bertemu dengan tetangga dekat, dan tetangga jauh satu lingkungan RW.Â
Beberapa kenal dengan nama, tetapi terkadang hanya hapal wajah, tetapi tidak tahu namanya. Padahal bertahun-tahun sering ketemu.
Eh, tapi ini lumayan loh. Alhamdulillah antar tetangga saling peduli dan mau saling kenal. Daripada tidak sama sekali. Meski di tengah kesibukan, hubungan dengan tetangga tetap terjalin.
Semarang, 15 Oktober 2023.
Salam sehat dan bahagia,
Wahyu Sapta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya