Sudah hari Minggu lagi. Saatnya mengeksplore dapur. Memasak kegemaran keluarga. Mencoba resep baru, yang berbeda dari biasanya. Kebetulan beberapa hari lalu, saya dan suami ke pasar. Tetapi kali ini, pasarnya bukan pasar dekat rumah, melainkan jauh.
Wisata pasar tepatnya. Kami ke pasar Grabag Magelang, sedikit refreshing, berbeda dari hari biasanya. Mencari sesuatu yang tidak ada di Semarang tempat tinggal saya. Kebetulan juga, masa kecil suami sering berada di Magelang, di rumah Eyang. Sedikit banyak menyumbangkan cita rasa manis di lidah suami.Â
Magelang adalah sebuah Kota di Jawa Tengah yang berdekatan dengan Yogyakarta. Cita rasa kuliner Magelang kebanyakan manis gurih. Seperti jajan pasar bubur jenang, krasikan yang manis. Gudeg Magelang juga manis. Wah, suami saya seperti lapar mata melihat jajanan manis.Â
Oh, ya. Ada suatu bahan makanan yang saya tidak atau belum pernah menemui, tetapi suami saya familier. Kethak. Katanya enak sekali. Bisa dipakai sebagai salah satu bumbu untuk membuat gudeg dan sambal goreng. Saya penasaran.
Kethak dijual kiloan, dalam bentuk kotak. Jika ingin membeli, maka penjualnya akan mengiris kethak sesuai dengan beratnya. Saya membeli satu kilo seharga 60k. Setelah saya cek lewat google, jika membeli online harganya 90k. Wah, lebih mahal, ya.Â
Beruntung saya menemukan Kethak makanan khas yang jarang ada. Biasanya dijual di pasar tertentu di sekitar Magelang, Purworejo, Yogyakarta. Di Semarang tidak ada yang menjualnya.
Kethak itu endapan atau sisa kelapa yang dibikin minyak goreng. Nama lainnya adalah Blondo. Kalau Blondo sih saya mengenalnya, dulu dijajakan sebagai jajanan yang dibungkus kertas warna-warni seperti permen. Sekarang sudah tidak pernah lagi saya temui. Wah, butuh dikenalkan kembali, ya. Biar generasi sekarang mengenalnya.