Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Suatu Pertanda

5 Agustus 2023   10:14 Diperbarui: 5 Agustus 2023   14:49 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengalami ketakutan luar biasa. Badan menggigil. Seumur hidup, baru kali ini mengalaminya. 

Kepalaku sedikit berat dan pusing. Aku mengatur napas agar tak putus dan lebih tenang.

Srek! Aku berhasil membuka tali yang mengikatku. Ternyata tak begitu kencang. Heran, mengapa seperti sengaja tak terlalu kencang?

Segera aku menuju pintu yang tertutup. Sudah kuduga! Pasti terkunci dari luar. Aku menggerakkan gagang pintu dengan panik berkali-kali sambil berteriak. 

"Hei, ada orang di luar? Tolong buka pintunya!"

Hanya suara gema yang memantul, kemudian hening. Tak ada siapapun. Badanku lemas. Menyerah. Tak tahu harus minta pertolongan pada siapa. 

Aku mencari barang bawaan. Tas ransel kecil yang biasa kutenteng kemanapun pergi. Tak ada! Padahal didalamnya segala benda berharga, catatan, termasuk handphone.

Aku tertunduk. Lelah jiwa raga. Benar-benar terserap energiku. Tiba-tiba muncul ide. Entah kekuatan dari mana. 

Jepit rambut! 

Jepit tipis yang berwarna hitam kupakai untuk merapikan rambut saat memilinnya. Siapa tahu ini bisa berguna. Konon seperti di film yang sering kulihat, jepit kecil bisa untuk membuka pintu. Hanya mengandalkan keberuntungan, aku mencoba membuka pintu dengannya.

"Ya Tuhan, tolonglah hambamu ini." kataku sambil mulai mengukrek lobang pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun