Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Memasak Gulai Jantung Pisang, Nostalgia Rasa Kenangan bersama Ibu

10 Mei 2023   18:35 Diperbarui: 12 Mei 2023   12:22 1982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cara memasaknya, setahap demi setahap. Simak cara memasaknya, ya. | Foto: Wahyu Sapta.

Rezeki memang tidak kemana. Kemarin saya panen jantung pisang. Dua pohon pisang yang ada di halaman samping, sedang berbuah. Memang sengaja saya biarkan, agar bisa sampai berbuah. Nah, sudah bisa diambil nih jantung pisangnya. 

Panen jantung pisang, nih. Pilih putihnya saja, agar bisa menghasilkan masakan sedap. | Foto: Wahyu Sapta.
Panen jantung pisang, nih. Pilih putihnya saja, agar bisa menghasilkan masakan sedap. | Foto: Wahyu Sapta.

Sedangkan pisangnya menunggu matang. Masih lama. Pisang itu sudah bernama, alias sudah direncanakan akan dibagikan ke tetangga sekitar. 

Sebenarnya halaman samping itu tidak begitu luas, tapi ada berbagai macam tanaman. Saya dan suami memang suka tanaman, yang bisa menjadi obat hati saat jenuh. Termasuk pohon pisang. 

Nah, out of topic nih, ada berbagai cerita lucu tentang halaman samping saya ini. Karena memang lokasi rumah berada di perumahan, terkadang bisa menjadi sebuah cerita. Salah satunya tentang ayam.

Dulu saya pernah memelihara ayam yang dikasih teman, yang tidak bisa ditolak. Tentu saja, karena tidak terbiasa, hanya bisa memberi makan, tidak tahu bagaimana cara memelihara ayam secara baik. 

Nah, suatu hari ayam lepas dari kandangnya. Waduh, kami tidak tahu caranya menangkap ayam kembali ke kandangnya. Terpaksa deh, ayam bisa bebas tidak dikandang. 

Tiap pagi, ayam berkeliaran keluar rumah. Kadang mengotori rumah tetangga. Kami menjadi tidak enak hati. Ketika saya meminta maaf kepada tetangga, eh, malah bilang, "Nggak papa, malah seneng, seperti kenangan di desa." Serius, mereka mengatakannya dengan tulus bukan basa-basi. Tetapi, tetap saja kami tidak enak hati.

Beruntung ketika saya tawarkan ke teman, ada yang mau. Langsung saya bilang, "Boleeeh... Angkut saja ayamnya." Hehehe...

Masih tentang ayam, ada lucunya juga. Rumah saya dekat dengan sekolah TK. Terkadang murid-muridnya diajak berkeliling oleh gurunya, mengenalkan lingkungan sekitar. Saat melewati depan rumah saya, Bu Guru mereka bilang, "Ini loh, ayam," karena anak-anak memang jarang melihat ayam. Maklum, di perumahan perkotaan, jarang yang memelihara ayam. Ada bangganya sedikit sih, bisa memberi kontribusi mengenalkan ayam pada anak-anak sekolah. Hehehe... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun