Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Catatan Keseruan Naik Commuterline Jogja-Solo PP bersama Click Goes to Jogja

14 Maret 2023   22:41 Diperbarui: 15 Maret 2023   12:00 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisa mendapat shoot foto Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tampak samping. Megah sekali. | Foto: Wahyu Sapta.

Ada baiknya juga jalan kaki, karena kami mendapatkan shoot foto masjid dari kejauhan, dari angel yang bagus. Tak menyiakannya, jepret! Eh, ketemu juga kereta listrik yang kata Mbak Muthiah itu kereta Prameks. Hanya saja hanya lewat dan tidak difungsikan untuk mengangkut penumpang. Dulunya juga kereta jurusan Solo-Yogyakarta, yang sekarang diganti KRL Commuterline.

Bisa mendapat shoot foto Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tampak samping. Megah sekali. | Foto: Wahyu Sapta.
Bisa mendapat shoot foto Masjid Raya Sheikh Zayed Solo tampak samping. Megah sekali. | Foto: Wahyu Sapta.

Sesampai di masjid, kami terpisah 3 kelompok, gaes. Hehehe... saya sama Mbak Muthiah, Pak Taufik, Pak Sutiono. Sedangkan Mbak Sukma bersama Mbak Bekti dan Mbak Selsa. Mbak Agustina ada bersama Mbak Meisha dan Mbak Dian. 

Dalam Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, ada pesan dalam 3 bahasa. | Foto: Wahyu Sapta.
Dalam Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, ada pesan dalam 3 bahasa. | Foto: Wahyu Sapta.

Sampai di dalam masjid saya bingung, karena Mbak Muthiah dan Pak Taufik sudah duluan ke dalam. Saya ada di serambi depan bersama Pak Sutiono. Ngepas azan masuk zuhur. Padahal, saya tidak bawa mukena, karena sebelum berangkat tadi, sepakat bawa mukena satu, yang dibawa dalam tas Mbak Selsa. 

Kemegahan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dari depan. | Foto: Wahyu Sapta.
Kemegahan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo dari depan. | Foto: Wahyu Sapta.

Saya izin ke Pak Sutiono untuk keluar dulu menyusul Mbak Selsa, yang kebetulan masih di luar, agar nanti bisa salat bareng-bareng. Ternyata setelah ketemu, mereka makan dulu, baru nyusul ke masjid. Baiklah, saya juga ikutan makan, kebetulan juga belum sarapan, hanya makan camilan tadi di homestay. 

Baiklah, setelah makan, kami masuk masjid dan salat bergantian. Kami salat di serambi bawah masjid, karena tidak bisa naik ke atas, yang baru akan dibuka kembali nanti waktu salat Ashar.

Akhirnya, setelah salat, kami bisa berkumpul di luar masjid. Oh, ada Mbak Agnes Diah, Kompasianer dari Solo. Yeah, dulu pernah pengin ketemu waktu saya ke Solo, tapi belum kesampaian. Dan hari itu bisa. Sayangnya cuma sebentar. Huhuhu... tak apa lah, yang penting bisa kopdar dan seru.

Kami bertemu dengan Mbak Agnes Diah yang tinggal di Solo. | Foto: dok. Pribadi.
Kami bertemu dengan Mbak Agnes Diah yang tinggal di Solo. | Foto: dok. Pribadi.

Setelah dari masjid, saya, Mbak Bekti, Mbak Sukma, Mbak Selsa ke Keraton Surakarta. Sedangkan Mbak Muthiah, Pak Taufik, Pak Sutiono, Mbak Agnes, mencari makan siang. Sedangkan Mbak Agustina, Mbak Meisha, dan Mbak Dian, langsung menuju Stasiun Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun