Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Pantai Trenggole Gunung Kidul Yogyakarta, Serasa Milik Sendiri

2 Januari 2023   13:10 Diperbarui: 7 Januari 2023   12:56 2356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Balai Budidaya Air Laut Sundak Gunung Kidul Yogyakarta, memelihara ikan bandeng dan udang. | Foto: Wahyu Sapta.

Tanggal 28 Desember 2022 lalu, saya mengunjungi Pantai Trenggole Gunung Kidul Yogyakarta. Sebenarnya tidak sengaja sampai sana, karena tujuan awal adalah menengok anak bungsu yang sedang PKL di sebuah balai perikanan.

Sebagai Mahasiswa Akuakultur semester 5, salah satu yang wajib ditempuh adalah PKL di salah satu balai perikanan. Kebetulan mendapat lokasi di Unit Kerja Budidaya Air Laut Sundak, Gunung Kidul Yogyakarta. Balai Perikanan milik Pemerintah.

Sebagai orangtua, ada kecemasan, karena lokasi tersebut jauh dari rumah. Apalagi cuaca sedang tidak bersahabat. Pemikiran saya sebagai ibu, cemas, khawatir, dan tentu saja bleber kemana-mana. 

Apalagi saat googling, lokasi itu tampak jauh dari mana pun. Dekat bibir pantai, pasti memiliki ombak yang besar, karena merupakan Pantai Selatan Jawa.

Selama perjalanan, beberapa kali melewati hujan. Kami memakai panduan google maps, yang menyarankan dari Semarang melewati Boyolali, kemudian Klaten, baru ke lokasi. Kalau tampak di peta, seperti jalan lurus saja. Padahal jalannya berkelok-kelok, turunan tajam, terkadang naik, melewati pegunungan, sehingga harus hati-hati.

Menurut Google Maps, kalau dari Semarang terlihat jalan lurus ke selatan, padahal jalannya berkelok-kelok. | Foto: SS Google maps.
Menurut Google Maps, kalau dari Semarang terlihat jalan lurus ke selatan, padahal jalannya berkelok-kelok. | Foto: SS Google maps.

Saya yang duduk di depan, serasa ikut mengerem, karena tegang selama perjalanan. Terkadang melewati hutan jati dengan tanah putih khas Gunung Kidul. Kami berpikir, ini kalau malam hari pasti serem. 

Melewati hutan jati dengan jalan yang berkelok-kelok. | Foto: Wahyu Sapta.
Melewati hutan jati dengan jalan yang berkelok-kelok. | Foto: Wahyu Sapta.

Mendekati lokasi, loh... loh... loh... bukankah kami pernah ke sini? Dulu sekali, ketika anak-anak masih kecil. Ya, ya, ternyata lokasi yang hendak kami tuju, melewati wisata laut Pantai Panjang, Pantai Krakal, Pantai Kukup, dan sekitarannya. Bahkan sampai ke Pantai Indrayanti. 

Tidak disangka, lokasi ini ramai oleh wisatawan yang akan menikmati pantai. Akan tetapi karena sudah menjelang malam ketika sampai, maka sudah tidak banyak yang masih bertahan di pantai. Hanya beberapa orang masih ada dan warung-warung masih buka. Saya sedikit lega, paling tidak, masih bisa bertemu orang dan tidak sepi.

Sampai di lokasi tempat anak saya PKL, sudah mendekati magrib. Pastinya tidak mungkin kalau kami harus balik lagi ke rumah, melainkan harus menginap. 

Jalan menuju Pantai Trenggole Gunung Kidul Yogyakarta. | Foto: Wahyu Sapta.
Jalan menuju Pantai Trenggole Gunung Kidul Yogyakarta. | Foto: Wahyu Sapta.

Saya bertanya pada anak bungsu, bolehkah kami menginap di tempat ia tinggal sementara di mess milik kantor? Karena pemikiran kami, pasti tidak ada penginapan di sana.

Masuk Pantai Trenggole gratis. | Foto: Wahyu Sapta.
Masuk Pantai Trenggole gratis. | Foto: Wahyu Sapta.

Syukurlah, setelah diizinkan, kami bertiga boleh menginap, satu kamar dengan anak saya. Jadi, kami berempat tidur di satu kamar. Kami sekeluarga terbiasa bersama, jadi tidak masalah. Ayah, ibu, si sulung dan si bungsu.

Pada waktu itu tanggal 28 Desember 2022, prediksi BMKG akan ada cuaca ekstrem, badai, dan hujan di beberapa lokasi. Memang sepanjang perjalanan ke sana, hujan terus saja mengguyur, angin juga bertiup kencang. Tetapi ketika sampai lokasi, sempat agak reda. 

Setelah kami memasukkan barang-barang ke dalam rumah, hujan angin kembali datang. Wah, cukup mengerikan. Angin kencang yang menderu-deru, membawa tetesan air hujan. 

Memang hujan tidak terlalu deras. Tetapi karena angin yang kencang, menjadikan suasana sedikit mencekam bagi kami yang baru pertama kali berkunjung. 

Takut dan cemas bukan tak beralasan, karena ketakutan ombak besar menuju ke tempat kami menginap. Lokasi mess benar-benar dekat pantai, hanya berjarak 30 meter. 

Ketakutan sirna, ketika kami bertemu dengan salah satu pegawai, yang tinggal di sebelah rumah tempat kami menginap. Beliau bilang, bahwa selama 17 tahun ia tinggal di sini, tidak pernah ombak datang sampai ke tempat ini. Setelah mengobrol sebentar, akhirnya kami bisa tertidur dengan lega.

Keesokan harinya, angin sudah tidak seperti ketika malam hari. Ombak di pantai memang besar, tapi masih normal. Jika dibandingkan dengan ombak Pantai Glagahwangi Yogyakarta, ukurannya masih dibawahnya. 

Ombaknya tidak terlalu tinggi dan masih bersahabat. Pemandangannya indah dengan batu karang besar. | Foto: Wahyu Sapta. 
Ombaknya tidak terlalu tinggi dan masih bersahabat. Pemandangannya indah dengan batu karang besar. | Foto: Wahyu Sapta. 

Saya pun tidak sabar menuju pantai, yang berada di belakang tempat saya menginap. Ternyata, pantai di dekat Balai Unit Kerja Budidaya Air Laut ini, merupakan tempat wisata Pantai Trenggole, terbuka untuk umum. Wah, tentu saja kami senang sekali, tidak sengaja menemukan wisata yang bisa kami kunjungi.

Suasana masih pagi, belum banyak yang berkunjung ke pantai ini. Bisa mencari kerang, loh. | Foto: Wahyu Sapta.
Suasana masih pagi, belum banyak yang berkunjung ke pantai ini. Bisa mencari kerang, loh. | Foto: Wahyu Sapta.

Suasana yang masih pagi, belum banyak yang datang. Walaupun begitu, selain kami, ada dua atau tiga keluarga yang sudah ada di lokasi pantai.

Suasana pantai yang masih alami dan sepi, serasa tempat ini milik sendiri. | Foto: Wahyu Sapta.
Suasana pantai yang masih alami dan sepi, serasa tempat ini milik sendiri. | Foto: Wahyu Sapta.

Pantai masih sepi. Serasa milik sendiri. Saya bisa jalan-jalan menerjang pasir putih di tepi pantai dengan leluasa. Kaki yang bersepatu, meninggalkan jejak-jejak di pantai berpasir, memberikan lobang-lobang sesuai langkah. Eh, lucu, lobangnya terlalu dalam, berarti yang melewati agak berbobot, ya? Dan jejak kaki itu milik saya. Hahaha... 

Eh, lucu, jejak kakinya terlalu dalam, yang melewati pasti orangnya berbobot. Dan jejak kaki itu milik saya. Hahaha... | Foto: Wahyu Sapta
Eh, lucu, jejak kakinya terlalu dalam, yang melewati pasti orangnya berbobot. Dan jejak kaki itu milik saya. Hahaha... | Foto: Wahyu Sapta

Pantai Trenggole sebenarnya gratis ketika masuk dan buka selama 24 jam. Tetapi ada orang-orang yang menarik bayaran, untuk kepentingannya mereka sendiri. Baiklah, tak apa.

Kami pun berfoto-foto sepuasnya. Sungguh indah pemandangan Pantai Trenggole Gunung Kidul ini. Masih alami dengan bebatuan karang besar. 

Ada batu karang yang seakan membelah, sehingga ada lobang menganga, seperti selasar. Bagus loh, buat berfoto. Jejak-jejak kaki di bawah batu karang di lantai berpasir, memberi sensasi tersendiri.

Keren, ya. Batu karangnya besar sekali. | Foto: dokpri.
Keren, ya. Batu karangnya besar sekali. | Foto: dokpri.

Ombak besar yang menuju pantai masuk dalam kategori aman, tidak sampai membasahi kaki bersepatu.

Beberapa pemadangan, terabadikan dalam kamera foto. Amazing, bagus banget. Apalagi kami sekeluarga suka sekali dengan pantai.

Ada selasar di antara dua batu karang besar. Indah sekali. | Foto: Wahyu Sapta.
Ada selasar di antara dua batu karang besar. Indah sekali. | Foto: Wahyu Sapta.

Puas rasanya menikmati pantai ini. Rekomended. Meskipun agak sepi, karena pantai ini paling ujung diantara lokasi pantai-pantai lainnya yang biasa untuk berwisata.

Bisa berfoto di sela-sela dua batu karang besar. | Foto Wahyu Sapta.
Bisa berfoto di sela-sela dua batu karang besar. | Foto Wahyu Sapta.

Seperti diapit dua batu besar. | Foto: Wahyu Sapta
Seperti diapit dua batu besar. | Foto: Wahyu Sapta

Kami sempat mengobrol dengan Pak Mujiana, yang sudah tinggal di lokasi ini selama 17 tahun. Ia tinggal di mess kantor balai perikanan bersama istrinya. 

Katanya balai ini membudidayakan ikan bandeng dan udang. Sudah lumayan besar, karena mampu memberikan masukan target ke PAD sebanyak 90%. Padahal dulu, belum seperti sekarang.

Dahulu balai ini hanya membudidayakan ikan bandeng. Tetapi setelah memasukkan udang sebagai budidayanya, maka target bisa terpenuhi.

Balai Budidaya Air Laut Sundak Gunung Kidul Yogyakarta, memelihara ikan bandeng dan udang. | Foto: Wahyu Sapta.
Balai Budidaya Air Laut Sundak Gunung Kidul Yogyakarta, memelihara ikan bandeng dan udang. | Foto: Wahyu Sapta.

"Saya tinggal 2 tahun lagi pensiun," katanya.

Senang sekali bisa bertemu dengan Pak Muji yang ramah. Beliau membuat persiapan pensiun dengan membuat penginapan kecil di tepi pantai.

Bertemu Pak Muji (berbaju hitam), yang membuat penginapan kecil di tepi pantai. Bisa menginap di sana loh. | Foto: Wahyu Sapta
Bertemu Pak Muji (berbaju hitam), yang membuat penginapan kecil di tepi pantai. Bisa menginap di sana loh. | Foto: Wahyu Sapta

"Bisa dipromosikan, sehari 150 ribu hingga 200 ribu, nanti menghubungi saya, ya." pesannya. 

Siap, nanti hubungi Pak Muji, kalau mau menginap di sana.

Baiklah, yuk, ke Pantai Trenggole Gunung Kidul. Pantainya bagus, masih alami, cocok untuk wisata keluarga. 

Pantai ini sempat sepi tanpa pengunjung sama sekali pada saat pandemi lalu, loh. Sudah dua tahun lamanya. Nah, setelah usai pandemi ini, yuk, ramaikan kembali wisata Pantai Trenggole. Tak kalah bagusnya dengan pantai-pantai lainnya di sepanjang Pantai Selatan Jawa di Kabupaten Gunung Kidul.

Lokasinya juga gampang. Setelah Pantai Indrayanti, dekat Kantor Unit Budi Daya Air Laut Sundak Gunung Kidul Yogyakarta.

Setelah puas bermain di pantai, saatnya pulang. Kami melewati jalan normal. Jalan ini, nantinya tembus jalan utama dekat Candi Prambanan. Tidak seperti ketika berangkat kemarin, yang berkelok-kelok sesuai anjuran google maps. Saya juga tidak capek ikut mengerem meskipun tidak menyetir. Hahaha...

Mampir dulu ke Baskom, menikmati bakso komplit dan es campur. Kenyang maksimal. | Foto: Wahyu Sapta.
Mampir dulu ke Baskom, menikmati bakso komplit dan es campur. Kenyang maksimal. | Foto: Wahyu Sapta.

Ketika melewati daerah Gading, aha! Ada warung Baskom. Tengat waktu antara makan pagi dan siang, lumayan nih kalau jajan bakso. Warung Baskom adalah bakso komplit dan pendukungnya, Es Campur dalam mangkok.

Warungnya luas, bersih, murmer, cocok buat ampiran setelah berkunjung dari pantai. | Foto: Wahyu Sapta.
Warungnya luas, bersih, murmer, cocok buat ampiran setelah berkunjung dari pantai. | Foto: Wahyu Sapta.

Kuliner ini rekomended, karena lumayan enak dan segar. Murah meriah, bersih, dan luas.

Mari, kami menikmati semangkok bakso komplit dan es campur, sebelum meneruskan perjalanan menuju pulang ke Semarang lagi. Kenyang maksimal, tetapi puas karena rasanya kami segar kembali. 

Yang baru PKL biar saja meneruskan tugasnya. Kapan-kapan ditengok lagi. Hehehe... malah jadi ketagihan, karena memang seru dan menyenangkan.

Yang sedang PKL, tetap semangat ya selamat bertugas. Sukses selalu. | Foto: Wahyu Sapta.
Yang sedang PKL, tetap semangat ya selamat bertugas. Sukses selalu. | Foto: Wahyu Sapta.

Selamat tinggal Tahun 2022, Selamat datang Tahun Baru 2023, semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari marabahaya dan senantiasa memberikan segala kebaikan di tahun 2023. Aamiin...

Semarang, 2 Januari 2023.

Salam bahagia, 

Wahyu Sapta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun