Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Yuk, Membuat Kue Nagasari dengan Tampilan Cantik dan Menarik

21 Oktober 2022   07:11 Diperbarui: 21 Oktober 2022   18:16 1514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rasanya manis gurih, sama seperti Nagasari biasanya. | Foto: Wahyu Sapta.

Pernah mencicipi Kue Nagasari? Pasti pernah dong. Kudapan lezat berbahan dasar tepung, santan, dan pisang ini, biasanya dibungkus dengan daun pisang. Kue Nagasari populer sebagai jajanan tradisional yang banyak dijual di pasar atau toko makanan pada pagi hari bersama jajanan lainnya. 

Kue Nagasari biasanya dibungkus dengan daun pisang. | Foto: Wahyu Sapta. 
Kue Nagasari biasanya dibungkus dengan daun pisang. | Foto: Wahyu Sapta. 

Nah, pada masa lalu, biasanya orang membuat jajanan tradisional menggunakan bahan yang condong ke alam. Mereka memakai hasil bumi yang ada di lingkungan sekitarnya. Seperti beras, singkong, ubi, jagung, pisang, kelapa, gula merah, dan masih banyak lagi. Dari bahan tersebut, terciptalah berbagai kudapan lezat hasil kreasi mereka, sebagai makanan selingan yang dinikmati pada pagi atau sore hari sebagai teman minum teh.

Jajanan tradisonal merupakan warisan kuliner dan kekayaan negeri yang patut dibanggakan. Perlu dilestarikan dengan memasaknya kembali, agar generasi di masa mendatang mengenal jajanan tradisional asli negeri sendiri.

Perlu diketahui bahwa dahulu jajanan tradisional sering dipakai sebagai komponen sesaji atau upacara tradisional keagamaan dengan unsur simbolisme yang kental. Misalnya, sebagai rasa syukur atas kesembuhan dari suatu penyakit, syukuran atas bertambahnya anggota baru dalam keluarga, dan sebagainya.

Setiap jenis jajanan, akan berbeda makna dan simbolnya. Kudapan tersebut seolah memberi tanda acaranya. Kue Nagasari sendiri sering ada di acara perkawinan, khitanan, atau sebagai hantaran saat meminang gadis. Bahkan saat acara kenduri, Nagasari tidak pernah terlewatkan untuk disajikan.

Makna-makna tersebut pada masa sekarang sudah mulai tergerus oleh waktu dan jarang dipakai. Tetapi jajanan tradisional masih tetap ada, meskipun hanya dinikmati tanpa memperhatikan simbol dan maknanya. 

Nah, seiring dengan waktu, banyak kreativitas dari pembuat kue menyajikan sajian kue tradisional dengan berbagai bentuk agar menarik dan tampil kekinian. Tentu saja tetap mempertahankan bahan dasarnya, tanpa mengubah rasa. Mereka membuat tidak terpaku pada makna dan simbol. 

Dengan bahan dan resep yang sama, sajian jajanan akan tampil lebih cantik dan menarik untuk dicicipi.

Saya ingin mencoba membuat Kue Nagasari tanpa membungkusnya dengan daun pisang seperti pada umumnya, melainkan dengan cetakan. Hasilnya menarik dan cantik, loh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun