Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Jajan Dimsum Pinggir Jalan, di Liburan Tahun Baru 2022

1 Januari 2022   21:11 Diperbarui: 1 Januari 2022   21:41 1522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajan Dimsum pinggir jalan di liburan Tahun Baru 2022

Dimsum menurut Wikipedia adalah istilah dari bahasa Kantonis dan artinya makanan kecil. Biasanya dimsum dimakan sebagai sarapan. Tetapi berbeda dengan kami karena ingin menyantap dimsum di sore hari. Karena efek lapar di cuaca yang dingin. Hehehe... 

Dimsum terdiri dari berbagai macam penganan kecil-kecil yang biasanya merupakan makanan bersama teh. Aih, semakin menggebu kami menuju kedai tersebut. 

Langsung saya dan anak sulung menuju kedai untuk membeli dimsum. Tentu kami kenal dengan pemiliknya karena bertetangga. Katanya, kedai dimsum ini baru buka, belum ada dua bulan. Pantas saja, saya baru tahu.

Aroma wangi menguar ketika tutup wadah bambu terbuka. Asap mengepul di tengah sejuknya sore yang mendung. | Foto: Wahyu Sapta.
Aroma wangi menguar ketika tutup wadah bambu terbuka. Asap mengepul di tengah sejuknya sore yang mendung. | Foto: Wahyu Sapta.

Aroma wangi menguar ketika tutup wadah dari bambu dibuka. Asap mengepul di tengah sejuknya mendung di sore itu. Suara lalu lalang kendaraan menderu, bersaing dengan suara kompor gas di bawah wadah bambu. 

Hem, aneka dimsum tersaji lezat, yang tertata dalam wadah bambu. Siapa yang tidak tertarik dengan dimsum beraneka macam? Apalagi bentuk dengan warna segar, sungguh akan memikat siapa saja yang akan membelinya. Jiaozi, pangsit, siomay. 

Aneka dimsum tersaji dalam wadah-wadah bambu yang menarik hati. | Foto: Wahyu Sapta.
Aneka dimsum tersaji dalam wadah-wadah bambu yang menarik hati. | Foto: Wahyu Sapta.

Anak saya memilih, mana saja yang dia suka, untuk adiknya dan eyang di rumah. Ada dimsum dari daging kepiting, udang, dan ayam. Enak semua. 

Enak semua. Harganya ramah di kantong. Rata-rata hanya Rp. 3.500 per biji. | Foto: Wahyu Sapta.
Enak semua. Harganya ramah di kantong. Rata-rata hanya Rp. 3.500 per biji. | Foto: Wahyu Sapta.

Dengan harga yang tidak mahal, apalagi penjualnya pintar dalam promosi, aduh, anak saya tak terasa memilih banyak dimsum. Jika saya tidak mengingatkan, bisa jadi kalap nih. Apalagi perut lapar di cuaca mendung yang dingin.

Dimsum sudah dibungkus siap dibawa pulang untuk dicicip. Hem, dimsum rasanya gurih manis, terasa isiannya. Ayam, udang, dan kepiting yang menyatu dalam adonan, kemudian dibungkus dengan kulit tepung dan kulit tahu. Disantap dengan saus pedas dan mayones, semakin menambah lezat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun