Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Mustikarasa, Warisan Kuliner Ir. Soekarno, dengan 1.600 Resep Masakan Indonesia

27 Desember 2021   13:22 Diperbarui: 27 Desember 2021   15:08 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurut JJ Rizal, buku ini terbit di tahun 1967. Pada tahun 2016 ia mencetuskan agar Buku Mustikarasa dirilis kembali. | Foto: Wahyu Sapta. 

Saya merasa spechless ketika mendapat undangan Mustika Rasa On Stage yang diselenggarakan di kawasan Kota Lama, tanggal 24 Desember 2021, tepatnya di gedung Oud En Niuew GKBI Kota Lama Semarang. Sebuah acara yang diselenggarakan oleh BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila).

Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan pemahaman nilai penting sejarah dan warisan kuliner Indonesia dengan membentuk gerakan keluarga menanam bumbu dan obat di pekarangan. Juga mengembalikan ruang pertemuan dalam tradisi makan bersama dengan tujuan menyehatkan keluarga dengan membangun strategi ekonomi keluarga. 

Konsep yang tergabung dalam program Mustika Rasa On Stage, baru pertama kalinya diselenggarakan di Kota Semarang. Kegiatan ini juga merupakan langkah awal Launching Tour De Mustika Rasa On Stage Tahun 2022.

Meskipun saya sempat kesasar dan minta bantuan shareloc kepada teman yang sudah sampai di lokasi, akhirnya tiba juga ke tempat yang dituju.

Saya sempat merasa malu pada diri sendiri, mosok Wong Semarang kok kesasar di Semarang. Hehehe, tetapi sedikit terhibur karena ternyata lokasinya memang nylempit. Saya salah presepsi. Saya pikir GKBI itu dekat Gereja Blenduk. Oh, tidak. Ternyata sebuah gedung Gabungan Koperasi Batik Indonesia tempat Toko Oen yang baru. 

Toko Oen Ice Cream Palace memang ada dua lokasi. Lokasi lama di Jalan Pemuda dengan tempat yang lebih luas, dan di sini, tempat baru yang lebih kecil. Memang baru buka pada awal masa pandemi, bulan Juni 2020 lalu. Jadi mungkin masih belum banyak yang mengenalnya. Eh, atau saya yang kurang piknik, ya?

Nah, datang di acara ini, merupakan salah satu berkah menulis di Kompasiana. Karena saya sering menulis tentang kuliner akhir-akhir ini, seorang teman memberi referensi kepada panitia untuk mengundang saya. Alhamdulillah. Jadi, tetaplah menulis, jika sudah masanya, pasti akan menemui jalannya sendiri. Apapun jenis tulisan itu.

Acara Mustika Rasa On Stage itu sendiri dimulai pukul 13.30 WIB dengan narasumber JJ Rizal seorang sejarawan pencetus agar Buku Mustikarasa dirilis kembali tahun 2016 dan Chef Hardian Eko Nurseto yang merupakan jebolan Master Chef 2021.

Hadir juga Wakil Walikota Semarang Ibu Hevearita Gunaryanti Rahayu yang biasa disapa Bu Ita, Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bapak Ir Prakoso, M.M, Ibu Irene Camelyn Sinaga sebagai moderator, dan Ibu Jenny, generasi ketiga Toko Oen, dan tamu undangan lainnya.

Menurut Bapak Prakoso, Mustika Rasa On Stage bertujuan memberikan pengertian bahwa betapa kaya kuliner Indonesia. Jangan sampai generasi yang sekarang lebih mengenal kuliner luar negeri yang sedang viral dibandingkan dengan kuliner asli Indonesia.

Begitu banyak kekayaan kuliner Indonesia yang bisa dijadikan warisan kepada generasi selanjutnya. | Foto: Wahyu Sapta.
Begitu banyak kekayaan kuliner Indonesia yang bisa dijadikan warisan kepada generasi selanjutnya. | Foto: Wahyu Sapta.

"Begitu banyaknya menu variasi selain nasi yang bisa disajikan untuk keluarga, misalnya cantel (sogum), jagung, sagu, sukun, yang merupakan tanaman asli Indonesia. Jadi dengan begitu, banyak pilihan pengganti nasi yang bisa dimasak untuk keluarga dengan berbagai macam resep," katanya.

"Di tengah gempuran makanan viral dari luar negeri, maka diharapkan dengan acara ini generasi milenial bisa mengenal kekayaan kuliner asli yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia," imbuhnya.

Dengan Buku Mustikarasa diharapkan generasi milenial lebih mengenal kuliner Indonesia. | Foto: Wahyu Sapta.
Dengan Buku Mustikarasa diharapkan generasi milenial lebih mengenal kuliner Indonesia. | Foto: Wahyu Sapta.

Sementara itu, Bu Ita menambahkan bahwa ia juga sering memasak dari resep Buku Mustika Rasa, kebetulan ia memiliki hobi memasak. "Bapak Wali Kota meminta saya untuk membuat tutorial memasak dengan menu-menu yang ada di resep Buku Mustikarasa. Buku ini memang kaya dengan resep. Saya sering mencobanya untuk disosialisasikan kepada warga lainnya," kata Bu Ita.

Ibu Ita Wakil Walikota Semarang yang memiliki hobi memasak, sudah sering mensosialisasikan resep dari Buku Mustikarasa. | Foto: Wahyu Sapta.
Ibu Ita Wakil Walikota Semarang yang memiliki hobi memasak, sudah sering mensosialisasikan resep dari Buku Mustikarasa. | Foto: Wahyu Sapta.

Buku Mustikarasa, Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno

Berbicara tentang buku yang berisi 1.600 resep masakan Indonesia, warisan Ir. Soekarno Presiden I RI, merupakan buku yang memberi inspirasi terselenggarakannya acara Mustika Rasa On Stage di Semarang.

Menurut JJ Rizal, ide buku ini terbit di tahun 1964. Pada tahun 2016 ia mencetuskan agar Buku Mustikarasa dirilis kembali dan dicetak ulang.

Ia mengatakan bahwa Soekarno di tahun 1964 mengutus istrinya, Hartini, untuk merangkum Buku Mustikarasa. Dari pamong praja tiap desa, ahli kuliner, sampai ahli gizi dikumpulkan oleh Soekarno untuk merangkum Buku Mustikarasa. 

Menurut JJ Rizal, buku ini terbit di tahun 1967. Pada tahun 2016 ia mencetuskan agar Buku Mustikarasa dirilis kembali. | Foto: Wahyu Sapta. 
Menurut JJ Rizal, buku ini terbit di tahun 1967. Pada tahun 2016 ia mencetuskan agar Buku Mustikarasa dirilis kembali. | Foto: Wahyu Sapta. 

"Sayang tahun 1965 terjadi gerakan Gerakan 30 September. Buku ini akhirnya diterbitkan secara terburu-buru pada tahun 1967. Pilihannya diterbitkan saat jabatan Soekarno atau tidak sama sekali," kata JJ Rizal.

Jadi karena terburu-buru, menurut JJ Rizal, buku tersebut belum sempurna. Namun hal itu justru menjadikan buku ini unik.

"Buku ini lebih tepat disebut kitab karena tebalnya 1.123 halaman. Selain makanan, juga dibahas banyak hal di sini. Ada tata dapur yang baik, gizi, makanan hiburan atau jajanan, cara melipat ketupat yang baik dan lainnya," katanya.

Buku Mustikarasa memuat 1.600 resep masakan Indonesia warisan Sukarno. | Foto: dokumen pribadi.
Buku Mustikarasa memuat 1.600 resep masakan Indonesia warisan Sukarno. | Foto: dokumen pribadi.

Buku tentang cerita kuliner dari Sabang sampai Merauke, dikumpulkan antara tahun 1960-1966. Intinya dalam buku ini terdapat rekaman lengkap resep masakan plus budaya dapur yang menarik untuk kita ikuti.

"Buku Mustikarasa tampil dengan keunikan pada zamannya. Menjelang momen kemerdekaan, kita mendapat warisan yang sangat penting karena Soekarno menganggap ini (kuliner Indonesia) secara serius. Mustika Rasa juga mengajak kita bergerak dalam kedaulatan pangan," tambahnya.

Cooking Class bersama Chef Seto dengan Resep Perkedel Ambon, Buku Mustikarasa Halaman 673

Acara semakin seru dan inilah saat yang saya tunggu: cooking class! Chef Seto mengeksekusi resep masakan dari buku Mustikarasa halaman 673, Perkedel Ambon. 

Chef Seto mengeksekusi resep halaman 673, Perkedel Ambon yang berbahan dasar Ikan Kembung. | Foto: Wahyu Sapta.
Chef Seto mengeksekusi resep halaman 673, Perkedel Ambon yang berbahan dasar Ikan Kembung. | Foto: Wahyu Sapta.

Menurutnya, ada banyak macam resep perkedel dengan berbagai bahan pula. Tidak hanya dari kentang, tetapi juga ikan. Seperti resep Perkedel Ambon yang memakai bahan Ikan Kembung. Ikan ini disamping murah, juga gampang dicari. 

Tulisan di buku ini memakai ejaan lama. Unik. | Foto: Wahyu Sapta.
Tulisan di buku ini memakai ejaan lama. Unik. | Foto: Wahyu Sapta.

Ketika saya tanya, apakah saat mengaplikasikan resep dari buku ini sama persis atau sudah dimodifikasi. Ia menjawab bahwa awalnya ia memasak sesuai dengan petunjuk yang ada di buku. Dari bahan hingga takaran bumbunya. 

Ketika ia mencoba resepnya, terkadang keasinan, atau sebaliknya, jadi ia menyesuaikan, agar lebih enak saat disantap.

Karena resep ini tanpa gambar, maka ia memodifikasi tampilan masakan agar lebih cantik. Berbeda dengan buku resep zaman sekarang, ya, yang ditampilkan dengan tutorial gambar sehingga lebih mudah dalam mencobanya.

Beberapa kali ia sudah mencoba resep yang ada di Buku Mustikarasa di channel Youtube miliknya. Boleh disimak di channelnya, ya. Chef Seto banyak membahas resep dari buku ini. 

Foto Bersama adalah Saat yang Menyenangkan

Akhirnya acara selesai dengan lancar dan memberikan manfaat. Saya senang loh, bisa hadir di acara tersebut. Acara Mustika On Stage ini baru pertama kalinya diluncurkan di Semarang, sebagai langkah awal untuk acara-acara lanjutan di tahun depan. 

Saatnya foto-foto dengan nara sumber dan pembicara tamu, juga teman-teman media yang datang. Foto bersama adalah saat yang menyenangkan. Kapan lagi bisa begini, kan? Hehehe...

Kapan lagi bisa berfoto dengan Ibu Ita nih. | Foto: Dokpri.
Kapan lagi bisa berfoto dengan Ibu Ita nih. | Foto: Dokpri.

Foto dengan Ibu Jenny, generasi ketiga Toko Oen yang legendaris di Semarang. | Foto: dokpri.
Foto dengan Ibu Jenny, generasi ketiga Toko Oen yang legendaris di Semarang. | Foto: dokpri.

Berfoto dengan narasumber dan rekan wartawan. | Foto: dokpri.
Berfoto dengan narasumber dan rekan wartawan. | Foto: dokpri.

Semoga saya bisa mengikuti acara-acara lanjutan, karena sangat menginspirasi dan memberi banyak manfaat untuk saya yang menyukai bidang kuliner Indonesia. Aamiin...

Salam hangat,

Wahyu Sapta.

Semarang, 27 Desember 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun