Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: [RTC] Merenda Kasih

8 November 2021   10:55 Diperbarui: 8 November 2021   11:02 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Merenda Kasih. Sumber gambar: iStockphoto.

Hampir tiga hari lamanya aku mengeram di rumah saja di kediaman ibu. Bukan karena aku memiliki waktu yang panjang untuk diriku sendiri. Bahkan hampir tidak memiliki me time. Aku hanya takut apabila meninggalkan rumah terlalu lama, ibu akan terbengkalai. Bagaimana makannya? Obatnya? Atau bagaimana jika Ibu bosan, siapa lagi yang bisa diajak berbincang?

Ini adalah suatu hal yang tak bisa kuminta dan kuhindari. Aku tak menyangka bahwa akan berada dalam sebuah pilihan. Antara ibu dan keluarga kecilku. Keduanya adalah prioritas utama. 

"Jadi ini rasanya menjadi generasi sandwich?" Tanyaku dalam hati. 

Tetapi memang hal yang demikian tak bisa kuminta agar sesuai keinginanku. Ibarat sebuah proses, bahwa setiap orang akan mengalaminya. Hanya butuh penyesuaian agar tidak menjadi ganjalan. Menjalaninya butuh pengorbanan.

Apalagi untuk bangkit dari tempat tidur, Ibu masih butuh bantuan karena masih lemah. Juga ketika berjalan, butuh pengawasan, meskipun Ibu memakai tongkat. Aku harus memiliki stamina yang lebih kuat dari biasanya. Melelahkan. Tetapi bagiku, apa sih yang tidak buat Ibu. Apapun akan kulakukan demi Ibu.

Waktu subuh Ibu sudah bangun. Dengan rutinitas yang tetap, Ibu akan menjalani harinya. Beribadah, lalu membersihkan diri, minum susu kesehatan dan makan camilan biskuit.

Ketika hari mulai terang, Ibu menuju teras rumah untuk berjumpa burung-burung merpati kesayangannya yang sudah menunggu.

Ada belasan burung merpati sahabat Ibu yang terbang mendekat. Ibu mengambil kaleng yang berisi biji-biji jagung yang ada di meja, kemudian dilemparkan. Seketika burung-burung itu menghujamkan paruhnya menikmati jagung pemberian Ibu.

Merpati-merpati itu jinak karena setiap hari diberi makan oleh Ibu. Wajah Ibu terlihat cerah setelah memberi makan mereka. Lalu Ibu masuk ke kamar untuk beristirahat.  

Dulu kegiatan ini dilakukan bersama Bapak. Tetapi Bapak berpulang setahun lalu. Sempat tiga bulan lamanya Ibu tidak mau memberi makan merpati, karena teringat Bapak. Tetapi akhirnya ketika hatinya mulai pulih, Ibu melakukannya lagi. Ya, Ibu mengenang Bapak dengan caranya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun