Putri sudah besar dan berwajah lembut mirip dirinya. Anak umur lima tahun itu bagai menyirap dirinya. Bagas memanggilnya. Tetapi Luna bergegas berlalu meninggalkan mereka. Bagas mengejarnya.Â
"Luna, kamu Luna, kan? Aku Bagas, suamimu. Aku mencarimu, Luna. Hingga bertahun-tahun lamanya. Kembalilah!"
Luna berkata, "Maaf, aku bukan Luna!"
Ia menembus hujan deras demi meninggalkan Bagas yang bertahun-tahun tidak bertemu. Tiga tahun! Oh, waktu yang telah membuatnya terombang-ambing oleh cerita yang tak dimengerti olehnya dan pikiran warasnya.
Hujan membuatnya kembali terluka. Ada seseorang di samping Bagas. Perempuan muda cantik seumuran di bawahnya yang terlihat akrab dengan Putri. Ia yakin, Bagas sudah menikah kembali dan melupakan dirinya.Â
Hatinya berkecamuk. Pada saat ingatannya kembali, patah hati disertai kesakitan menerpanya. Labirin ingatan berputaran, sulit mencari jalan keluar.
Di kamar Luna di rumah besar milik Bu Simon, ia meratap sendu.
"Aku Melia, bukan Luna," ucapnya pilu. Hatinya remuk redam.
Semarang, 17 Oktober 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H