Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Resep Daging Lapis Telur Warisan Ibuku

23 Agustus 2021   17:13 Diperbarui: 24 Agustus 2021   12:47 2960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibuku dan aku. I love you, ibu. | Foto: dokumen pribadi.

Ada suatu masa, dimana kenangan membawa ingatan mengembara ke masa lalu. Masa dimana kebahagiaan menggemuruh, hingga terbawa ke masa kini. Ibuku. Kenangan indah tentang ibuku, tak akan lekang oleh waktu. Aku mencintainya, hingga apapun tentangnya, tak kan kulupa.

Ya. Ibu dan kenangannya. Termasuk resep warisan yang selalu saya ingat. Salah satu resep andalan ibu ketika menyajikan menu dengan bahan dasar daging sapi, adalah cara memasak daging lapis. 

Resep ini saya dapatkan dari ibu, bukan dengan mencatatnya dalam buku, melainkan ilmu menyimak ketika ibu sedang memasak. Saya memperhatikan bagaimana proses memasaknya dan apa saja bahan-bahannya. 

Karena praktis dan mudah, tetapi menghasilkan masakan yang enak, saya mengingatnya hingga sekarang. Tak ada salahnya, jika saya ingin berbagi resep, juga sebagai catatan ingatan kenangan tentang ibu yang saya kasihi. Ihiks, kok malah saya jadi terharu. Huhuhu... I love you Mommy.

Ibuku dan aku. I love you, ibu. | Foto: dokumen pribadi.
Ibuku dan aku. I love you, ibu. | Foto: dokumen pribadi.

So, baiklah, lupakan kesedihan, mari bergembira dengan memasak. 

Ya, memasak juga akan meluruhkan kesedihan, apalagi ketika tujuan memasak adalah memberikan kebahagiaan bagi keluarga. Untuk anak-anak juga suami tercinta. Mereka juga kesayangan saya. 

Jadi, kalau memasak sambil beruraian air mata, itu bukan karena menangis sedih, melainkan efek mengiris bawang merah, ya. Hehehe...

Markimas! Mari kita masak!

Saya memodifikasi resep ini dengan ala "me" atau sesuai selera saya. Tetapi tetap memakai bahan dan bumbu yang pernah digunakan ibu. Yuk, mulai memasak!

Persiapkan terlebih dahulu bahan dan bumbunya, antara lain daging sapi, telur, kecap, bawang merah dan bawang putih.

Daging Lapis Telur Warisan Ibuku

Bahannya:

  • 250 gr daging sapi tanpa lemak
  • 2 butir telur yang dikocok lepas
  • 50 ml kecap manis
  • air secukupnya

Bumbu yang digunakan:

  • 5 butir bawang merah iris tipis
  • 3 siung bawang putih
  • 2 butir kemiri
  • Sedikit pala
  • Garam secukupnya
  • 1 sendok teh merica halus
  • 1 sendok teh gula pasir
  • 1/2 sendok teh kaldu bubuk (bila suka)

Cara membuatnya:

  1. Iris tipis daging sapi yang telah dicuci. Caranya, potong kotak daging, kemudian iris sisi-sisinya tanpa terputus hingga menjadi tipis. Sisihkan.
  2. Haluskan bawang putih, kemiri, 1 sendok teh garam, merica halus, dan pala.
  3. Campur irisan daging bersama irisan bawang merah dan bumbu halus hingga merata dalam wadah. Biarkan bumbu meresap kurang lebih 15 menit.
  4. Setelah bumbu meresap, tata daging dalam wajan. Nyalakan kompor dengan api sedang. 
  5. Biarkan daging berubah warna. Balik-balikkan daging. Kemudian beri kecap. 
  6. Setelah bumbu dan kecap meresap, ditandai dengan menyusutnya air yang keluar dari dagingnya, baru tambahkan air secukupnya.
  7. Tutup wajan. Biarkan daging matang dan empuk. 
  8. Cek rasa, dengan menambahkan garam, gula pasir secukupnya sesuai selera.
  9. Setelah daging empuk, masukkan telur yang telah dikocok sedikit demi sedikit sambil diaduk, agar telur tidak menggerindil.
  10. Biarkan mendidih kembali dan telur matang. Matikan kompor.
  11. Sajikan daging lapis telur ke dalam wadah saji.
  12. Siap dinikmati bersama nasi putih.

Campur irisan daging bersama irisan bawang merah dan bumbu halus hingga merata dalam wadah. Biarkan meresap kurleb 15 menit. | Foto: Wahyu Sapta
Campur irisan daging bersama irisan bawang merah dan bumbu halus hingga merata dalam wadah. Biarkan meresap kurleb 15 menit. | Foto: Wahyu Sapta

Tata daging dan bumbu dalam wajan, kemudian nyalakan kompor. | Foto: Wahyu Sapta.
Tata daging dan bumbu dalam wajan, kemudian nyalakan kompor. | Foto: Wahyu Sapta.

Masak daging hingga berubah warna dan keluar airnya. Bolak-balik agar merata. | Foto: Wahyu Sapta.
Masak daging hingga berubah warna dan keluar airnya. Bolak-balik agar merata. | Foto: Wahyu Sapta.

Tuang kecap dalam masakan, biarkan meresap dan mengering. | Foto: Wahyu Sapta.
Tuang kecap dalam masakan, biarkan meresap dan mengering. | Foto: Wahyu Sapta.

Beri air secukupnya. Tutup wajan. Biarkan daging matang. Kemudian beri kocokan telur. |Foto: Wahyu Sapta.
Beri air secukupnya. Tutup wajan. Biarkan daging matang. Kemudian beri kocokan telur. |Foto: Wahyu Sapta.

Daging Lapis Telur siap disajikan. | Foto: Wahyu Sapta.
Daging Lapis Telur siap disajikan. | Foto: Wahyu Sapta.

Praktis dan mudah bukan? Bahan yang digunakan juga gampang mencarinya. Untuk menu sehari-hari sangat cocok karena praktis. Tidak memerlukan waktu yang lama dalam memasak, makanan siap tersaji.

Tentang rasa, tentu saja lezat. Cenderung manis dari kecapnya. Gurih karena bercampur kaldu. Pas mantap. Aroma pala dan merica ditambah dengan bawang putih, menambah sedap kuahnya. Dagingnya empuk, karena tipis saat memotongnya. Enak pokoknya. 

Selera masa kecil menguar, mengingat ibu ketika memasak sajian ini. Hem... lope-lope deh... Selamat mencoba resep warisan dari ibuku, ya. 

Dear, waktu itu bergulir. Selalu berjalan, tepat sesuai janjinya. Menuju masa depan, yang tak akan pernah mundur walau sedetik. Waktu itu, yang telah berlalu akan menjadi kenangan.

Kenangan, adalah sesuatu untuk diingat. Jika menyedihkan, sisihkanlah. Sedangkan yang membahagiakan dan bermanfaat, catatlah! Agar suatu saat bisa menjadi warisan, untuk anak-anakmu kelak sebagai cerita indah di masa depan. 

Kelak mereka juga akan mengenangnya, sebagai warisan ibunya. 

Seperti saya, yang mengingat ibu dengan kenangan indah dan kebaikannya sebagai warisan berharga.

Salam bahagia,

Wahyu Sapta.

Semarang, 23 Agustus 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun