"Pak, hari ini aku nggak masak, ya," kata saya kepada suami.
"Nggak papa Buk, kita makan di luar aja, sekalian kita jalan," jawabnya. Duh, baik hati banget dia.Â
Ya, hari itu saya memang lagi nggak masak. Saya masih disibukkan oleh pekerjaan, juga karena badan rasanya masih capek setelah wara-wiri perjalanan ke rumah orang tua yang tinggal berbeda kota dengan keluarga kecil saya.Â
Eh, mumpung masih memiliki orang tua, nih, kesempatan emas tidak kami sia-siakan. Capek sih iya, tetapi itu hanya masalah kecil. Kewajiban berbakti pada orang tua yang sudah sepuh dan butuh perawatan, jauh lebih penting. Memiliki rasa sayang dan cinta pada orang tua, adalah hal utama untuk mencari ladang pahala. Love deh, pokoknya.
Balik lagi ke masalah makan di luar nih, suami saya bertanya, pengin makan apa? Saya jawab, terserah. Eh, dia malah bilang, "Terserah itu bukan jawaban, Buk. Malah menambah bingung. Gini aja deh, kita makan soto, ya? Kan seger, nih."
Nah, kan. Bilang aja dari tadi pengin makan soto, pakai nanya segala. Hehehe... etapi, memang benar loh, soto itu segar. Saya juga mau.Â
Nah, berbicara masalah soto, kita pasti sudah tahu bahwa Indonesia kaya akan menu soto. Dari berbagai daerah memiliki menu soto yang khas, sesuai dengan cirinya masing-masing.Â
Yang pasti, soto adalah sajian yang berlimpah kuah dan segar. Bisa saja kuah itu memakai santan, susu, atau kaldu saja. Semua itu tidak mengurangi kelezatan dan kesegaran rasa soto.
Bahan utama untuk kuah soto dan sajiannya, bisa menggunakan daging ayam atau daging sapi. Tergantung selera dan kebiasaan dari menu soto dari daerah mana berasal.Â
Saya tinggal di Kota Semarang. Kalau di Semarang, kebiasaan sotonya memakai daging ayam sebagi bahan utama. Terutama ayam kampung, yang memberi kuah kaldu yang lebih gurih daripada ayam pedaging. Meskipun soto daging sapi juga ada.
Ada banyak warung soto di Semarang. Antara lain yang ada di tengah kota, Warung Soto Pak Man yang memiliki banyak cabang, Soto Bangkong yang merupakan soto legendaris, Soto Pak No, dan masih banyak lagi.Â
Kami memiliki warung soto langganan. Jika pengin makan soto, kami akan ke sana. Cocok, karena enak. Juga segar dan murmer. Sebenarnya soto cocok untuk sarapan, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk sajian makan siang.
Nama warungnya bernama Soto Ayam Pak Ono. Dekat dengan rumah saya, Ngaliyan Semarang.Â
Soto Semarang memiliki ciri khas berkuah bening dan segar. Tidak memakai kunyit sehingga kuahnya tidak berwarna kuning. Bumbu yang dipakai untuk kuahnya antara lain, bawang putih, merica, jahe, lengkuas, dan daun salam.
Nasi ditaruh dalam mangkok kecil, kemudian diberi bahan penyerta, baru dituang kuah yang panas dari kuali besar yang dijerang di atas tungku api kayu bakar.Â
Aroma kayu bakar menguar memberi rasa sedap yang khas pada kuah soto. Konon lebih sedap karena aroma asapnya masuk dalam masakan. Tapi jangan dekat-dekat tungku api kayu bakar, ya. Panas! Hehehe...
Di warung Soto Ayam Pak Ono memiliki daya tarik tersendiri. Warungnya berkesan menerima. Kuah dalam kuali besar yang terjerang di atas tungku, berada di posisi depan. Baru kemudian meja-meja dan kursi panjang dingklik berada dalam ruangan warung yang terbuka.Â
Ada sekitar 8 meja dengan dingklik panjang sejajar dengan mejanya masing-masing sepasang. Lumayan bisa menampung banyak penikmat soto. Karena cukup luas, tidak perlu berdesak-desakan. Jadi aman untuk situasi sekarang yang sedang pandemi.
Saya memesan soto dua porsi. Tak berapa lama, soto tersaji dan siap disantap. Hum, bau harum sedap kuah soto menguar segar. Berkuah bening dan sedap. Lalu saya membubuhkan kucuran jeruk nipis sebagai penambah segar. Juga sambal. Saya tidak begitu suka memakai kecap saat menyantap soto, lebih senang yang bening.
Menyenangkan adalah teman soto, ada tempe goreng hangat, perkedel kentang yang nyumi dan maknyus andalan warung ini, juga aneka sate ayam dan kerang. Daya tarik yang membuat meriah saat menyantap soto. Satu porsi soto, bisa saja tidak terasa mencomot gorengan berkali-kali. Hihi, kesannya makan satu porsi soto, tetapi teman sotonya banyak. Kenyang maksimal.
Menyenangkan lagi nih, temen makan soto yang ada di depan saya. Xixixi... orangnya baik hati. Meskipun ketika membayar soto, saya yang bayar. Ya iya lah, saya kan bendahara sekaligus penguasa keuangan di rumah.
Salam kuliner,
Semarang, 4 Juni 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H