Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ingin Mendapatkan Cinta Anaknya, Raihlah Hati Ibunya

19 Maret 2021   17:18 Diperbarui: 19 Maret 2021   18:12 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear (calon) Mertua, etapi sekarang sudah menjadi mertua loh. Jadi ya My dear Mertua. Iya, dulu saya mengenal suami ketika masih sekolah. Memang sih, dulu ketika bersekolah belum menjadi pacar atau kekasih. Tetapi memang dia adalah sahabat saya. 

Nggak tahu kenapa, memang klik dari dulu. Ia senang melukis, saya senang menulis. Bahkan sebelum jadi kekasihpun sudah bercita-cita membuat buku komik. Ia yang membuat sketsa, saya yang membuat ceritanya. Cita-citanya begitu. Tetapi itu dulu. Sekarang sudah menjadi beribu-ribu sketsa dan tulisan meskipun tak harus terwujud dalam buku. Uhuks.

Dalam perjalanan hidup kami berdua, sketsa itu berwujud dalam berbagai macam cerita, baik yang senang atau sedih. Terangkum dalam sebuah biduk rumah, yang ternaungi oleh cinta. Cieee... Iya serius, jika tidak ada cinta dan kasih sayang, tak akan tercipta sketsa dan cerita indah yang mengalir.

Bisa dikatakan mengalir, karena kami berdua sama-sama menyenangi kehidupan yang mengalir. Arah jalan kemana yang harus dituju dan memang menjadi jalan untuk kami, itulah yang kami jalani. Tidak harus menjadi orang lain atau berpura-pura jika sedang bersama. 

Eit, tidak semudah itu. Ada prosesnya loh. Panjang pula. Butuh waktu untuk menjadi bisa saling mengerti. Itupun belum sempurna saling mengerti seratus persen dan tak akan sempurna karena memang taksama. Kami kan beda kepala, jadi beda pula pemikiran. Hanya saja berusaha untuk mempersempit perbedaan. Dua manusia yang berusaha untuk saling menyamai, begitulah kira-kira.

Contohnya dalam hal-hal sepele, penting banget untuk bisa saling mengerti. Memang kehidupan berumah tangga itu, hidup bersama yang sehari-hari ketemu. Menjalani segala hal, juga harus bersama. Awalnya butuh penyesuaian, agar bisa berjalan beriringan. Jika tidak, bakalan menjadi ribut dan banyak tidak sesuainya. Kan nggak enak hidup seperti itu. Tidak nyaman.

Misalnya, saya kalau berjalan amat pelan, sedang suami jalannya cepat. Akhirnya karena saling menyesuaikan, maka jika melangkah, ada yang berusaha mempercepat langkah, ada pula yang mengerem agar tidak mendahului. Begitu saja, simpel dan nggak ribet.

Nah, itu penyesuaian dengan pasangan kekasih. Lalu bagaimana penyesuaian saya dengan orang yang dicintai oleh pasangan sebelum saya? Cinta pertama kekasih saya alias ibunda mertua tercinta? Butuh penyesuaian juga loh ternyata.

Ibu mertua adalah seorang pendidik atau guru. Sebenarnya tidak sulit bagi saya untuk menyesuaikan diri, karena ibu saya juga seorang pendidik.Tetapi memang berbeda, karena apabila ibu saya, bertemu sejak saya masih bayi bahkan sejak dalam kandungan. Sedang ibu mertua bertemu ketika sudah memasuki masa dewasa dan menikah. Butuh penyesuaian.

Apalagi dalam hal komunikasi. Sebagai orang Jawa, berbicara dengan orangtua harus sopan dan memakai unggah-ungguh. Misalnya memakai bahasa Jawa krama inggil atau krama halus. 

Sedangkan saya jika berbicara dengan orangtua sendiri, memakai bahasa ngoko sehari-hari. Hanya memang untuk bahasa yang lebih menghormati orangtua seperti "makan" memakai "dahar", "tidur" dengan "sare" tetap saya pakai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun