Berbeda dengan ketika berbicara dengan calon mertua pada saat itu. Harus memakai bahasa krama halus. Saya sampai butuh belajar loh untuk itu. Ya, ya. Saya memang mengerti dan tahu tentang bahasa krama halus. Di sekolah diajarkan. Tetapi untuk berkomunikasi dan ngobrol, harus dilancarkan dulu dan butuh berpikir. Karena kan jarang menggunakannya. Hahaha...Â
Alhamdulillah, lancar. Bisa dan membiasakan, akhirnya lancar berbahasa krama halus. Ada hikmahnya. Saya jadi lebih pintar berbahasa krama halus dari sebelumnya. Komunikasi dengan calon mertua pada saat itu menjadi lancar. Meskipun untuk masa sekarang kadang memakai bahasa Indonesia ketika sulit menemukan padanan kata untuk bahasa Jawa krama halus. Karena sudah saling mengenal, tidak lagi menjadi masalah. Hehehe...
Beda lagi ketika sudah menikah. Awal menikah, untuk mengetahui hal sehari-hari dan kebiasaan suami adalah melalui ibunda mertua. Beruntung ibu mertua mau mengajari saya bagaimana menghadapi suami di awal pernikahan. Apa makanan kesukaannya dan hal-hal lainnya, sehingga ketika saya dan suami hidup mandiri jauh dari orang tua, saya bisa lebih mengerti dan beradaptasi. Saya jadi tahu bagaimana menghadapi suami. Tidak kagok lagi.
Sekarang kami menjadi generasi sandwich. Dengan berbagai masalah yang ada dan telah dihadapi selama ini, kami berusaha untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Kami berusaha bisa menjalaninya dengan hati yang lapang. Intinya sih ada skala prioritas yang harus didahulukan dan ada hal yang dikorbankan dengan kesepakatan. Dicari solusi yang baik bagi semua. Daaan... itu tidak gampang, ya. Kami masih butuh belajar dan belajar lagi.Â
Meskipun sudah menjadi menantu kesayangan, masih tetap membutuhkan penyesuaian. Apalagi ketika usia semakin bertambah, ibunda mertua semakin sepuh, menghadapinya juga harus menyesuaikan umur, situasi, dan kondisinya sekarang. Sudah berbeda dengan dahulu.
Jika ingin menyayangi anaknya, maka raihlah hati ibunya terlebih dahulu. Hidup akan bahagia. Tiiing...!
Di masa sekarang, ketika zaman sudah berubah. Sudah masanya mendekati pergantian generasi. Mungkin pada masanya, saya juga akan mengalami hal yang sama apa yang dialami ibunda mertua. Anak saya akan mengalami hal yang sama dengan saya di masa awal dewasa. Berputaran. Bergantian. Seperti layaknya kehidupan yang harus ditempuh oleh setiap manusia pada umumnya. Berputaran, menyesuaikan zaman.
Semarang, 19 Maret 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H