Dear Diary, aku merasa bahwa itu adalah salah satu bentuk cinta dan rasa kasih sayang kepada sesama. Empati atas penderitaan orang lain. Sehingga saling membantu ditengah bencana.
Artinya bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa empati dan simpati terhadap lingkungan sekitar. Tidak melulu cuek.Â
Lalu? Ternyata tantangan perjalanan kali ini tidak hanya banjir. Jalan rusak dan berlobang, masih menanti di depan. Karena efek hujan dan air yang menggenang, juga kendaraan berat yang melintas, menyebabkan banyak jalan yang berlobang.
Beberapa kali tidak bisa memilih jalan yang bagus, sehingga harus berjalan pelan melewati lobang, agar tidak merusak ban. Aduh, serem dan seru. Apalagi banjir tidak hanya ada di satu lokasi. Beberapa daerah lainnya sepanjang perjalanan juga banjir. Hanya memang tidak separah banjir yang ada di Semarang.
Alhamdulillah. Sampai juga di rumah orang tua dengan selamat. Dengan waktu tempuh 4,5 jam, yang biasanya hanya ditempuh 2 jam. Bersyukur aman. Bisa bertemu orang tua, menuntaskan rindu.
Satu hari mengunjungi mereka, keesokan harinya pulang kembali ke Semarang, yang artinya melewati banjir kembali karena ternyata belum surut.Â
It's okay Diary, karena demi cinta, aku menjalaninya dengan rasa syukur dan santai. Tak terjadi sesuatu yang perlu dikeluhkan, hanya karena banjir dan macet. Dunia itu indah, ya.Â
Juga lingkaran cinta yang selalu ada di sekitar kita. Cinta itu tak ubahnya cahaya yang memberi keindahan apa yang ada di atas bumi.Â
Segalanya akan menjadi indah, meski terkadang mengalami onak dan duri. Tak akan terasa, sehingga dapat terlampaui dengan mudah. Akan terasa manis dan tak terlupakan bahkan akan menjadi kenangan indah.Â