Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ritual Pagi Hari seperti Biasa

24 Januari 2021   06:00 Diperbarui: 24 Januari 2021   06:00 913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdampingan. Tetap rukun, dong. | Foto: Wahyu Sapta.

Bunga Sabrina yang putih bersih di sela hijaunya daun. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sabrina yang putih bersih di sela hijaunya daun. | Foto: Wahyu Sapta.
Lihatlah! Bunga Sepatu, rajin berbunga tanpa mengenal musim. Berwarna merah dan merah jambu bersemu putih. Indah, diterpa sinar matahari yang baru saja terbit. Bunga sepatu itu bunga kesayanganku. Aku punya berbagai macam warna loh. Tapi belum punya yang berwarna kuning. Duh, lagi-lagi masih penasaran dengan warna kuning, warna yang kusuka. 

Bunga Sepatu Merah dan Pink. Cantik, kataku. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sepatu Merah dan Pink. Cantik, kataku. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sepatu Putih. Indah, ketika bercanda dengan serangga. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sepatu Putih. Indah, ketika bercanda dengan serangga. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sepatu Merah. Masih diselimuti embun sisa tadi malam. Eksotik. | Foto: Wahyu Sapta.
Bunga Sepatu Merah. Masih diselimuti embun sisa tadi malam. Eksotik. | Foto: Wahyu Sapta.
Berdampingan. Tetap rukun, dong. | Foto: Wahyu Sapta.
Berdampingan. Tetap rukun, dong. | Foto: Wahyu Sapta.
Kemarin aku sempat kecewa, ketika bunga sepatu tumpuk warna merah tua, layu sebelum mekar. Padahal bunga pertama, dari adopsi penjualnya. Seperti lagu, ya. Layu Sebelum Berkembang. Berkeping-keping jadinya. Hahaha... tetapi aku berharap, semoga muncul bunganya kembali secepatnya. Biar aku tidak nangis. Ihiks...

Kemarin sempat kecewa, ketika bunga sepatu tumpuk merah tua yang baru pertama kali berbunga, layu sebelum berkembang. Kayak lagu, ya. Berkeping-keping jadinya. Ihiks... | Foto: Wahyu Sapta.
Kemarin sempat kecewa, ketika bunga sepatu tumpuk merah tua yang baru pertama kali berbunga, layu sebelum berkembang. Kayak lagu, ya. Berkeping-keping jadinya. Ihiks... | Foto: Wahyu Sapta.
Tetapi tak apa. Aku tetap bahagia menikmati hari. Tetap akan tersenyum menyongsong matahari.

Masyaallah... Tabarakallah... Betapa pagi ini sangat menyenangkan. Menikmati karunia Tuhan yang begitu menakjubkan, tak mungkin terpungkiri hati. Betapa aku mengucapkan kalimat pujian berkali-kali, atas ciptaan-Nya pagi ini. Semua pencapaian bisa terjadi karena kehendak-Nya. 

Sudah, ya. Aku pamit dulu. Sapu sudah menunggu. Saatnya menyapu halaman, sambil menggerakkan badan. 

Mau minum apa? Teh? Atau kopi? | Foto: Wahyu Sapta.
Mau minum apa? Teh? Atau kopi? | Foto: Wahyu Sapta.
Salam dari hati yang terdalam, 

Wahyu Sapta.

Semarang, 24 Januari 2021. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun