Hari itu sekitar pukul 10.00 WIB, terdengar suara dari pengeras suara  penjual keliling yang melewati depan rumah. Zuppa zuppa... Pisang selimut... Makaroni skotel... Anak bungsu saya penasaran dan bertanya, "Jualan apa sih itu, Bun?" Saya menggelengkan kepala tanda tidak tahu. "Coba saja ditengok," kata saya.
Suara semakin mendekat dan anak saya keluar rumah. Oh, ternyata zuppa soup yang ditawarkan tadi. "Beli ya, Bun?" pinta Si Bungsu. Saya mengangguk. Betapa girangnya ia. Jam tanggung antara makan pagi dan makan siang, ia sudah merasa lapar. Apalagi sekolah masih secara daring membuatnya bosan, karena seringnya berada di rumah.
Saya ikut nimbrung menengok apa yang dijual oleh penjual keliling tadi. Ia memakai sepeda motor. Dengan pengeras suara kecil yang berada di depan. Oh, jadi suara itu berasal dari situ? Dengan nada yang sama dan berulang-ulang mempromosikan dagangannya.
"Jualan apa?" tanya Si Bungsu.
"Zuppa soup, makaroni skotel, dan pisang selimut." jawab Penjualnya.
Saya pernah merasakan zuppa soup dan makaroni skotel. Sedang pisang selimut belum pernah. Kata penjualnya, pisang selimut adalah pisang yang dibalut dengan pastri, kemudian nanti di atasnya diberi toping keju atau misis. Oh, begitu ya. Tetapi saya tertarik pada zuppa soup, karena saya menyukainya.
Zuppa soup ini, kudapan yang bisa menjadi pengganjal perut sebelum datang jam makan siang. Apalagi pada saat itu masakan saya untuk makan siang belum siap tersaji. Masih otewe atau masih dalam proses eksekusi alias belum matang. Saya memutuskan untuk membelinya.
Saya sih cenderungnya lebih penasaran, kok sekarang zuppa soup dijual keliling, sih? Biasanya saya menemukan makanan ini pada saat kondangan ke pesta pernikahan. Bukan dijual keliling. Atau saya biasanya menemukan kudapan ini di toko roti. Itupun jarang-jarang ada, kecuali yang memang khusus menjual zuppa soup. Masih belum banyak yang menjualnya.
"Beli berapa, Bun?" tanya Si Bungsu. Saya jawab beli masing-masing empat. Zuppa soup empat dan makaroni skotel empat. Ia girang. Masa pertumbuhan memang membuatnya baru doyan makan. Ia bisa makan dobel nih. Saya berkata, nanti makanannya dibagi dengan Kakak, ya. Kemudian ia memesan pada penjual keliling tadi.Â
Saya sih mengiyakan saja, selama makanan yang dibelinya itu sehat dan tidak berbahaya. Apalagi dimasa pandemi ini, harus tetap menjaga kesehatan. Tidak boleh jajan sembarangan. Jajanan zuppa soup lumayan sehat.
Penjualnya mas-mas masih muda. Di motornya ada kotak rombong yang terbuat dari bahan alumunium berisi makanan. Kotak itu berada di sisi kanan dan kiri. Sedang di tengah, seperangkat kompor gas kecil yang di atasnya ada pemanggang kecil pula. Tabung gas berada di bawah motor.
Ya, ya. Saya memang menyukai zuppa soup. Kalau sedang mendatangi pesta pernikahan, maka makanan yang pertama kali saya tuju adalah zuppa soup. Sup kental dengan puff pastry ala croissant yang ditaruh diatasnya seperti topi dan disebut sup bertopi atau zuppa soup.
Lalu saya mengajak berbincang dengan penjualnya, sembari ia menghangatkan makanan. Saya bertanya, siapa namanya. Ia menjawab Agus. Oh, nama populer di Indonesia, yang sering disebut di tik tok yang sedang viral. Hahaha...
Agus berumur 24 tahun, berasal dari Mranggen. Sebuah daerah di sebelah timur Kota Semarang. Sudah masuk wilayah Demak. Kalau dari tempat tinggal saya lumayan jauh, karena saya tinggal di sekitar Semarang Barat.Â
"Saya hanya membawa dagangan 50 buah per harinya, bu. Tigapuluh zuppa soup, sepuluh makaroni skotel dan sepuluh pisang selimut. Tidak banyak. Masih muat di kotak ini. Kadang habis, kadang tidak. Apalagi pada saat hujan, terkadang tidak habis karena kendala hujan. Juga orang malas keluar untuk membeli."
Modal dagangan berasal dari pelaku usaha pembuat kue yang berlokasi di daerah Tlogosari Semarang Timur. Ia hanya bermodal sepeda motor dan mengedarkannya. Sedang bahan makanan jadi, kotak tempat makanan yang terbuat dari alumunium, dos makanan, dan pengeras suara kecil dari pelaku usaha pembuat kue zuppa soup.
Baru dua bulan ini ia berjualan. Asal rajin dan telaten, pasti akan laku. Karena makanan ini sehat dan bersih. Cara penyajiannya juga bersih. Ia selalu memakai masker saat menyajikan dan menghangatkan makanan. Memang hal inilah yang menjadi nilai positif, karena pembeli akan merasa lebih aman saat menyantap makanannya. Alih-alih bisa menjadi pelanggan tetap membeli makanannya, karena aman dan tidak ragu terhadap kebersihannya.
Agus berpesan, nanti zuppa soup dihangatkan kembali ketika akan disantap. Baiklah, nanti akan saya hangatkan di microwave ketika sampai dan akan disajikan untuk orangtua saya nanti.
Asal mau bekerja keras, apapun pekerjaan itu akan membawa berkah. Jangan mudah berputus asa, karena di dunia ini, jenis pekerjaan yang kelihatan dan tampak oleh mata, pasti bisa dijalani. Syaratnya adalah tekun dan mau. Jika telaten, maka akan memperoleh hasilnya. Itu pasti. Jangan pernah takut merasa gagal. Karena satu dua kali gagal adalah hal biasa dalam suatu usaha. Terus saja harus tetap berusaha, jalan keberhasilan pasti akan terbuka lebar.Â
Berjualan zuppa soup cukup menjanjikan, karena makanan ini merupakan sajian favorit dan banyak yang menyukainya.
Bahagia rasanya ketika melihat orang lain bahagia. Saya juga bahagia, loh. Karena menemukan jajanan kesukaan saya, kapanpun bisa saya santap. Tanpa harus menunggu datang ke kondangan jika ingin menikmati zuppa soup.Â
Hum, bau harum zuppa soup mulai tercium wangi. Rasanya tak sabar untuk mencicipnya. Zuppa soup hangat siap disantap. Pesanan pertama siap saji. Kemudian zuppa soup ditaruh dalam kotak dos makanan, bonus dengan saus tomat kemasan sachet.
Si Bungsu meminta izin untuk menikmati zuppa soup. Tanpa ba bi bu, langsung menghabiskannya dalam sekejap. Bahkan sebelum pesanan kedua jadi, ia telah menghabiskan zuppa soup itu. Enak katanya. Matanya berbinar seperti meminta izin, bolehkah makan lagi? Saya bilang, boleh. Apa sih yang tidak buatmu. Akhirnya ia menghabiskan dua buah zuppa soup.
Satu buah zuppa soup hanya seharga duabelas ribu rupiah. Demikian pula makaroni skotel dan pisang selimut. Cukup murah, jika dilihat dari hasil sajiannya yang lumayan.Â
Yuk, mari...
Salam kuliner,
Semarang, 9 Januari 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H