Membahas tentang kuliner soto, tidak akan ada habisnya. Makanan yang berkuah melimpah, di setiap kota hampir memiliki menu ini dengan ciri khas masing-masing. Ada yang berkuah bening, kental, bersantan, memakai tauco dan sebagainya. Misalnya, Soto Semarang cenderung bening. Coto Makasar yang berkuah kental. Soto Sauto yang memakai tauco.Tergantung selera masyarakat di daerah tersebut.Â
Lain lagi dengan Soto Lamongan, yang berkuah kuning bening, dengan tambahan koya gurih sebagai topingnya. Nah, jika ingin merasakan Soto Lamongan, pun tidak harus ke Lamongan. Karena soto ini sudah populer, maka di beberapa kota ada yang menjualnya. Di Semarang juga ada, loh. Bahkan di beberapa lokasi, dengan mudah saya bisa menemukan warung Soto Lamongan.
Seperti di hari siang itu ketika jam makan siang, kebetulan saya berada di sekitar daerah Rejosari Semarang Timur. Perut lapar. Pengin makan apa, ya? Tanya saya kepada teman seperjalanan yang ada di samping saya. Setelah berunding, pilihan jatuh pada soto. Siang hari yang terik, ingin makan yang segar. Soto pilihannya.
Memang di sekitar lokasi di Jalan Rejosari dekat Pasar Kartini, banyak warung soto yang berjajar. Ada Soto Semarang, Soto Kudus, dan menu lainnya. Tetapi ketika saya hendak berhenti di warung Soto Semarang, agak susah mencari tempat parkir.Â
Akhirnya pilihan jatuh pada warung Soto Lamongan, karena bisa mendapat tempat parkir. Warungnya juga lumayan luas, jadi bisa nyaman untuk tempat makan di masa pandemi ini. Tidak harus berdesakan. Juga sesuai prokes, karena tersedia cuci tangan dengan sabun sebelum masuk warung. Orang-orang yang melayani juga memakai masker.
Di depan warung ada gerobak yang berisi panci besar berisi kuah yang selalu panas. Lalu di situ juga ada beberapa ayam matang utuh yang digantung. Menarik sekali. Setiap menyajikan semangkok soto, ayam utuh yang digantung tersebut diiris untuk isian sajian. Unik, ya.
Saya memesan dua porsi soto ayam dan minumnya teh hangat. Untuk saya dan teman saya. Duduk manis bersama dia sambil menunggu pesanan. Ahai, sedikit berbincang dan sesekali menengok layar handphone, barangkali ada pesan masuk yang butuh dibaca.Â
Warung ini bernama Soto Lamongan Cak Kumis. Menyediakan soto ayam dan soto daging. Tetapi saya tadi telah memesan soto ayam. Memang saya pernah merasakan Soto Lamongan di tempat yang berbeda. Soto yang berkuah kuning bening, beraroma segar dengan toping koya. Nah, saya ingin merasakannya kembali.Â
Sepertinya warung ini ramai, karena hampir tidak ada jeda. Penikmat soto berdatangan hendak makan. Ketika mereka selesai makan dan berlalu, disusul kemudian pembeli berikutnya. Atau karena jam makan siang, ya?
Pesanan datang. Aduh, besar banget porsinya! Ternyata memang membeli soto di sini untuk pesanan standar adalah porsi besar yang memakai mangkok besar pula. Yah, saya tidak tahu. Padahal bisa memesan dengan porsi kecil atau separuh, loh. Nggak papa deh. Mumpung lagi lapar.
Bau aroma rempah dan bumbunya menguar. Bawang putih tercium tajam. Juga aroma daun salam yang sedap. Kuahnya yang berwarna kuning bening dengan bumbu serai, kunyit, merica, jahe. Hum... harum! Sedap.
Penampakan dari soto itu sendiri, nasi yang diberi sajian ayam yang diiris tipis, irisan sayur kol, tomat, telur rebus, bawang goreng dan seledri. Kemudian disiram kuah kuning bening yang melimpah.Â
Nah, ini. Untuk topingnya, bubuk koya tersaji tersendiri dalam wadah besar yang disajikan di meja. Tidak dicampur dalam sajian semangkok soto, melainkan mengambilnya sendiri sesuai dengan selera.Â
Saya mengambil satu sendok koya, lalu menaburkannya dalam semangkok soto. Bubuk koya memberi cita rasa yang berbeda dalam semangkok soto. Kuahnya menjadi lebih pekat ketika teraduk bersama bubuk koya. Mantap nih.Â
Sesuap demi sesuap nasi soto berpindah tempat. Menuntaskan rasa lapar saya sedikit demi sedikit. Agak memaksa karena tadi porsinya besar. Dengan mencomot satu tusuk sate daging yang tersaji di meja, akhirnya semangkok soto habis juga. Ternyata saya memang lapar! Hahaha...
Dua porsi soto, dua tusuk sate, dan dua gelas teh hangat manis dibandrol lima puluh ribu rupiah. Kenyang tidak pakai protes. Mantap!
Menikmati berbagai sajian kuliner Indonesia memang sangat menyenangkan. Salah satunya adalah mencicipi Soto Lamongan dengan khas toping koya yang gurih. Mengenal dan mencicipi Soto Lamongan, paling tidak menambah perbendaharaan cita rasa kuliner daerah yang ada di Indonesia.Â
Seperti yang sudah sebelumnya, saat saya mencicipi soto yang berbeda, dari berbagai daerah yang berbeda pula. Sajian soto bisa dinikmati dengan ciri khas masing-masing daerah. Itu baru satu menu: soto. Belum lagi menu lainnya. Betapa kaya kuliner yang ada di Indonesia, ya. Bangga deh rasanya jadi orang Indonesia.
Nah, mencintai makanan tradisional khas Indonesia, juga salah satu cara mempertahankan kuliner tradisional agar senantiasa ada. Karena makanan itu akan tetap ada dan tersaji, jika ada penikmat dan penggemarnya. Rasanya yang pasti lezat, tidak diragukan lagi, bukan?Â
Salam kuliner,
Semarang, 21 November 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H