Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Menikmati Segarnya Es Legen yang Baru Disadap

13 September 2020   22:54 Diperbarui: 14 September 2020   14:58 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gula merah cair, bahannya dari air legen yang dimasak. Sebotol hanya lima belas ribu rupiah. Rasanya enak dan efek di badan menjadi segar. | Foto: Wahyu Sapta.

Berharap agar warung Bu Karsih buka. Karena beberapa kali pula sering tutup ketika sampai di sana. Syukurlah warungnya buka. Bu Karsih jualan. Bisa menikmati segelas es legen nih. 

Warungnya berada di tempat terbuka. Hanya berupa meja dan kursi dari kayu yang berada di pinggir jalan beraspal. Beratap rumbia daun kelapa, cukup membuat teduh. Apalagi warung itu berada di bawah pohon Memba yang rimbun. 

Saya dan suami turun mobil, sedangkan orangtua menunggu di dalam mobil. Agar lebih santai, karena untuk turun kendaraan cukup susah dan membutuhkan tenaga ekstra buat mereka. Jadi lebih nyaman jika di dalam mobil saja.

Kami disambut senyuman ramah Bu Karsih. Ia memakai masker, hanya saja dibuka dan disampirkan ke dagunya. Ya, ya. Musim pandemi, harus tetap memakai masker. Kami sendiri tetap mengenakan masker agar aman. 

Beberapa wadah bambu atau brumbung berjajar di warung Bu Karsih. Tampaknya memang baru saja legen dipanen dari pohonnya. Beruntungnya kami, mendapatkan legen yang masih segar. Karena legen ini hanya bertahan beberapa jam. Jika melebih 4 jam akan berbeda rasa. Lebih masam dan jika lama lagi, akan mengalami fermentasi menjadi tuak. Bisa memabukkan dong karena mengandung alkohol.

Wadah-wadah bambu ini berisi air legen yang baru saja disadap. Jadi masih segar dan baru. | Foto: Wahyu Sapta.
Wadah-wadah bambu ini berisi air legen yang baru saja disadap. Jadi masih segar dan baru. | Foto: Wahyu Sapta.
Tetapi biasanya mereka merebusnya terlebih dahulu agar tidak segera menjadi tuak sehingga bisa dikonsumsi dengan aman. Rasanya manis. Tetapi rasanya lebih segar jika masih baru. 

Bu Karsih tidak hanya menjual legen saja. Beberapa jajanan sederhana seperti kerupuk, gethuk dan kacang juga tersedia. Saya hanya tertarik pada legennya. Saya kemudian memesan 4 gelas. Dua memakai es batu, sedangkan lainnya tidak. Untuk bapak dan ibu yang menunggu di mobil.

Bu Karsih dengan cekatan menyaring air legen dari wadah bambu ke dalam gelas. | Foto: Wahyu Sapta.
Bu Karsih dengan cekatan menyaring air legen dari wadah bambu ke dalam gelas. | Foto: Wahyu Sapta.
Dengan cekatan Bu Karsih menyaring air legen untuk dimasukkan ke dalam gelas. Es legen siap dinikmati. Taraaa... saatnya mencicipi.

Taraaa... Es Legen siap dinikmati. Lebih segar jika memakai es batu. | Foto: Wahyu Sapta.
Taraaa... Es Legen siap dinikmati. Lebih segar jika memakai es batu. | Foto: Wahyu Sapta.
Rasanya segar sekali es legen ini. Manis, sedikit asam, dan segar. Terlebih lagi saat meminumnya di siang panas yang terik. Ketika membasahi kerongkongan, sensasi segarnya tiada tara. Hem. Konon air legen bagus loh. Selain bersifat isotonik yang mengganti cairan tubuh, juga bagus untuk menjaga kesehatan fungsi ginjal.

Saya tak hanya minum segelas, tetapi meminta tambahan satu gelas lagi. Rasanya tertuntaskan dahaga ini dan rasa segar yang berbeda. Es legen Bu Karsih ini asli. Tidak ditambah air, murni legen saja. 

Saya sempat berbincang pada bapak tua yang duduk di warung Bu Karsih. Ternyata beliau yang mengambil legen tersebut, untuk kemudian dititipkan ke warung. Fresh from the tree dong. Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun