Meskipun awalnya pesimis dengan program parcel tersebut, tetapi Mbak Retno dan kawan-kawannya tetap pantang mundur. Dan ternyata di luar dugaan, program ini berjalan lancar. Omzet yang dicapainya hingga mencapai Rp. 21.700.000,-Â
Angka ini fantastik bagi dia dan teman-temannya. Karena tak disangka banyak yang memesan. Betapa bahagianya mereka.
"Kami tidak jadi menangis, mbak," katanya.Â
Awal ide memang untuk kawasan Yogyakarta saja. Yaitu mereka yang tidak bisa mudik, tetapi tetap bisa menunjukkan kasih sayang pada keluarga dan kerabat melalui bingkisan. Ia dan kawan-kawannya yang mengirimkan paket tersebut langsung ke alamat yang di tuju di sekitar Yogyakarta.
Bahkan menurutnya, banyak cerita-cerita haru dan seru di balik program parcel tersebut. Karena ternyata banyak juga pemesan yang mengirimkan parcel tersebut bukan saja ke orang tua atau keluarga besar. Tetapi juga ingin mengirimkan paketan parcel tersebut kepada bapak kos dari mantan anak kos karena kebaikan yang belum terbalaskan. Juga kepada guru ngajinya. Bahkan ada juga dari mantan calon mantu yang dikirimkan kepada mantan calon mertua. Kata pemesannya untuk tetap menjaga tali silaturahmi.Â
Parcel tersebut dalam bentuk makanan untuk hidangan lebaran, seperti kue-kue kering, kue basah, lontong opor, gudeg, dan ayam goreng Kalasan yang semuanya merupakan produk UMKM khas Kalasan.
"Alhamdulillah, berjalan lancar. Ini tak lepas dari dukungan penuh Ibu Camat Kalasan dan jajarannya dengan ikut memesan parcel tersebut," tandasnya.Â
Setelah sukses dengan program parcel, Mbak Retno dan kawan-kawan kembali ingin berbuat sesuatu yang bisa menambah penghasilan meskipun masa pandemi. Maka terbentuklah Warung Kalasan ini.