Hidup Itu Sejatinya adalah Waktu Menunggu

Ya. Kemarin saya baru saja kehilangan salah satu pegawai yang masih berusia relatif muda 35 tahun karena sakit. Rasa kehilangan itu karena dulu sebelum sakit sering bertemu dan berinteraksi, sudah saya anggap seperti keluarga sendiri.

Masih terbayang bagaimana dulu mengobrol, bercanda, lalu tiba-tiba saja terpisah dan tidak bisa bertemu lagi dengannya untuk selamanya. 

Yang membuat saya sedikit terhenyak adalah, usia dia lebih muda, tetapi ia yang terlebih dahulu meninggalkan dunia ini. 

Rahasia sebuah usia, hanya mutlak milik Allah. 

Jika saja sewaktu-waktu dipanggil-Nya, kita telah memiliki kesiapan dan bekal yang cukup.

Masihkah melalui kehidupan dengan kesia-siaan? 

Jadi, selagi masih diberi kesempatan bisa menarik nafas panjang, menikmati udara yang segar, ubah sikap dengan senantiasa memperbaiki kehidupan. Menjadi lebih baik dari masa yang telah lalu. 

Dengan banyak amalan kebaikan dan sedikit keburukan, maka kita siap jika sewaktu-waktu dipanggil-Nya. 

Jangan sia-siakan. Karena sesungguhnya hidup itu sejatinya adalah waktu menunggu. Dan giliran itu pasti akan tiba. 

Semarang, 17 Mei 2020.