Lama tidak pulang kampung. Banyak rindu yang menumpuk. Bukan saja rindu pada orang tua, saudara, teman, dan kerabat, tetapi juga rindu pada kampung halaman. Rindu pada aromanya, suasana kota, dan kulinernya.Â
Saya pulang kampung ke Kota Pati. Jika dari Semarang, lewat jalur pantura ke arah timur, kurang lebih 75 km.Â
Sebenarnya jarak yang membentang tak begitu jauh. Hanya 2 jam jarak tempuhnya. Bahkan di hari-hari lalu, paling tidak seminggu sekali saya pulang kampung untuk menengok orang tua.Â
Tapi, di masa pandemi ini, segalanya menjadi jauh. Tak bisa kemana-mana karena ada anjuran jangan mudik dan pulang kampung untuk sementara waktu hingga situasi aman.Â
Jangka waktu pandemi juga tidak bisa ditebak. Karena pandemi ini tidak kelihatan dan membahayakan. Manusia sebagai sarana perantaranya. Maka itu perlu adanya menjaga jarak agar tidak tertular atau menularkan.Â
Nah, untuk menuntaskan rasa rindu pada kampung halaman, saya mencoba memasak resep nasi gandul. Mungkin tidak sama persis rasanya. Tapi paling tidak mirip dan bisa sebagai tamba kangen.Â
Nasi gandul itu merupakan makanan khas. Kata orang sana, belum ke Pati jika belum merasakan nasi gandul. Nasi yang berkuah melimpah. Berbahan daging sapi yang dimasak sedemikian rupa hingga menjadi makanan super istimewa.Â
Kuahnya berwarna coklat kemerahan. Rasanya asin manis gurih sedikit pedas, bersantan mirip-mirip gulai.Â
Cara menyajikannya unik. Nasi ditaruh dalam piring yang sebelumnya diberi samir. Kemudian diberi kuah dan irisan daging hingga nasi terendam. Menyelam dong. Iya, karena kuahnya melimpah. Hahaha... sluruuup...Hum sedaap...
Nah, karena ada pandemi, saya jadi tidak bisa menikmatinya. Padahal sudah kangen dengan nasi gandul ini. Makanya, setelah pandemi berlalu, saya pengin sekali menyerbu nasi gandul. Klangenan saat pulang kampung.Â