Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan, Ketika "Tongtek" Dikira Jelmaan Hantu

12 Mei 2020   20:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   20:14 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak membunyikan tongtek. Ilustrasi: Elshinta.com.

Ramadan, adalah bulan yang selalu dinanti. Bulan suci, bulan istimewa bagi umat muslim di dunia. Pada bulan ini, kita diwajibkan untuk berpuasa. Yaitu menahan diri dari segala sesuatu, baik makan, minum atau sesuatu yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, diawali niat dan syarat-syarat yang telah ditentukan. 

Salah satu sunnah berpuasa adalah bersahur. Biasanya dilakukan sebelum imsyak. Sudah bersiap santap sahur dengan makan dan minum, agar nanti saat berpuasa kuat menjalankannya. 

Karena waktunya tengah malam, terkadang malas untuk bangun. Karena masih mengantuk. 

Nah, dulu, di tempat saya pada saat sahur, ada yang membangunkan untuk bersahur dengan bunyi-bunyian yang disebut tongtek. Kalau sekarang sih sudah jarang dan hampir tidak ada. Apalagi dimusim pandemi ini. 

Suara tongtek yang mirip irama rancak, dibunyikan sahut menyahut dengan keras, sehingga bisa membangunkan warga yang hendak sahur. 

Itulah, karena mereka melakukannya di tengah malam, pada suasana masih gelap, maka saya pada waktu kecil takut dengan suara tongtek ini. 

Ketika tengah malam masih terkantuk, terbangun oleh suara keras. Kaget bercampur takut. Maka saya tidak segera bangun, menunggu hingga suara itu lewat. Saya membayangkan mereka adalah jelmaan hantu. Hiiii... 

Saya di masa kecil, adalah anak yang kuper. Jarang keluar rumah dan bermain dengan teman sebaya. Ini terjadi ketika umur 9 tahun pindah rumah dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru. 

Sebenarnya di lingkungan lama, sudah memiliki teman yang asik untuk bermain. Seperti bermain pasaran, anak-anakan, bola bekel, main drama-dramaan. Tetapi ketika pindah, saya susah menemukan teman yang cocok seperti ketika di rumah lama. 

Akhirnya saya sering di dalam rumah. Bermain sendiri dengan imajinasi sendiri. Bermain sambil bercerita, seolah-olah menceritakan sebuah keluarga. Ada ayah, ibu, dan anak-anak mereka. 

Kadang juga bermain dengan adik saya. Cowok. Tetapi ia sering main di luar dengan temannya sendiri. 

Selain kuper, saya juga takut gelap. Tidak suka malam hari, karena gelap. Kadangkala jika sedang jalan di tengah gelap karena tidak ada lampu penerangan bersama kakak, saya memejamkan mata dan menggandeng erat tangan kakak. Pokoknya saya ikut, hingga sampai rumah sambil merem. Hahaha... 

Nah, pada bulan ramadan pada waktu itu, sering ada tongtek di luar. Sekitar tengah malam tongtek itu sudah memutar perkampungan. Saya merasa bahwa yang melakukan toktek ini adalah makhluk alam lain. Karena saya memang penakut. Pokoknya takut. 

Rasa takut itu hingga beberapa lamanya. 

Hingga pada suatu hari, di siang yang panas, ada segerombol anak-anak yang pada waktu itu berumur sebaya dan ada yang lebih besar melewati depan rumah. Membawa peralatan seperti ember, kaleng, dan beberapa batu dan kayu. Mereka menuju ke sebelah rumah yang kebetulan tanah kosong. 

Saya mengintip dari jendela di dalam rumah. Ingin tahu, apa yang mereka kerjakan. 

Mereka bersiap, dan memukul ember dan kaleng dengan batu. Ada yang memberi aba-aba. Juga memberi arahan agar memukulnya bergiliran hingga menjadi suatu alunan nada rancak. Mereka sedang latihan dan menyelaraskan nada agar kompak.

Terkagetlah saya mendengarnya. Suara itu! Iya, itu mirip suara tongtek yang biasa saya dengar pada malam hari. Irama rancak, dari suara ember dan kaleng yang dipukul!

Ooo... Jadi selama ini mereka yang melakukannya? Kenapa kalau dengarnya pada malam hari saya takut? Bahkan membayangkan bahwa mereka adalah makhluk alam lain alias hantu? Duh... Hahaha... 

Untuk membunyikan toktek, mereka juga butuh latihan, agar pada malam hari saat mereka berkeliling, bisa kompak dalam bermain. Ooo... sungguh ya, baru ngerti saya. 

Dan sejak itu, saya tidak takut lagi mendengar suara tongtek. Apalagi ketika agak besar, sering mendengar ada perlombaan tongtek antar kampung. Ternyata mereka juga manusia seperti saya. 

Memang ya, imajinasi anak kecil itu kadang lucu. Pemahaman yang masih terbatas menjadikan mereka sering membayangkan hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa. 

Salam tongtek ya. Sekarang saya tidak takut. Hahaha...

Semarang, 12 Mei 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun