Padahal biasanya paling tidak seminggu sekali pulang ke kampung halaman, karena kebetulan hanya 2 jam jarak tempuh perjalanan. Jadi bukan kendala untuk wara wiri seperti setrikaan.Â
Menjaga agar masing-masing tak terkena virus. Karena kan tidak tahu, apakah salah satu kita bisa menjadi pembawa virus. Eh, malah seperti ini. Tapi ya gimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur. Wis kadung. Piye meneh? Penyesalan kan datangnya pasti belakangan. Jengkel juga tidak menyelesaikan masalah.Â
Untuk mengetahui kabar mereka, akhirnya hanya bisa lewat telepon, video call. Bahkan sekarang ada aplikasi yang bisa menghubungkan dengan banyak orang. Tapi saya belum pernah mencobanya.Â
Ibarat cinta yang terhalang, rindu untuk bertemu juga terhalang. Semua gegara Covid-19. Ia sudah menjadi orang ketiga, yang mengkacaukan cinta dan rindu. Dan saya, juga kami semua hanya bisa berdoa, semoga kondisi semuanya baik-baik saja.Â
Kita memang sedang diuji dengan datangnya Covid-19 yang telah mendunia. Tetapi, jangan sampai kalah dengannya, ya. Virus itu bisa dilawan, dengan tetap menjaga kondisi tubuh, menjaga kebersihan, tidak panik, dan bersikap waspada. Selalu memakai masker saat bepergian. Tidak berkerumun, tidak kumpul-kumpul dulu, menjaga jarak aman, agar memutuskan rantai penyebarannya.Â
Jika disiplin dan patuh, InsyaAllah tak akan lama, hingga kondisi sudah kondusif dan virus itu pergi. Dimulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan luar lingkungan.Â
Kampung saya bahkan sudah memutuskan untuk membatalkan dan tidak mengadakan semua pertemuan untuk bulan depan. Seperti arisan, pengajian, yang biasanya diadakan rutin tiap bulan. Menunggu kondisi aman.Â
Masjid juga sementara tidak ada salat berjamaah, meskipun tetap mengumandangan azan setiap tiba waktu salat. Hanya menghimbau warga, agar salat berjamaah bersama keluarga di rumah masing-masing. Sedih memang mendengarnya. Tapi ini untuk sementara. Jika saling kompak dan saling bekerja sama, maka akan cepat memutuskan rantai penyebarannya.Â
Pasar terbatas waktu buka, hanya sampai pukul 11 siang saja. Tempat kerumunan juga sudah dihimbau untuk bubar. Jalan-jalan besar, juga mulai dibatasi jam lintasnya. Kalau tidak ada keperluan mendesak, dihimbau untuk di rumah saja. Kampung saya juga sudah ada penyemprotan disinfektan dari Pemerintah Kota Semarang.Â
Semua itu sebagai upaya dan ikhtiar, agar kita sehat, tidak terkena virus dan memutuskan rantai penyebarannya. Jika sudah aman dan kondusif, bukankah akan bisa bergerak bebas kembali? Bisa kemana-mana dengan aman, sehat, tidak cemas, tidak was-was, dan tidak ada jarak diantara kita.Â