Lega sudah. Apa yang selama ini menjadi keharusannya selesai. Sukses dan tepuk tangan membahana di setiap sudut gedung pertunjukan kemarin.Â
Hari ini, ia ingin sedikit melenturkan perasaan, setelah bekerja keras memakai hati. Sebuah seni memang telah menguras hati. Perasaannya tertumpah ruah, hingga sekarang sedikit lemas.Â
Cahaya rembulan tergantung di atas langit malam. Terangnya menyusup hingga ke bawah kaki yang sedang menginjak pasir. Buih-buih putih ombak menyapu pantai seperti bisikan.Â
Ombak tak pernah usai bergerak, bagai tarikan mentari dan rembulan. Bergantian. Menjaga siang dan malam.Â
Devan ditemani seseorang. Ia akan tenang jika berada di sampingnya. Orang itu demikian baik, meski kadang Devan mengabaikannya. Wajah teduh seseorang itu, mampu menyejukkan hati.Â
Ombak masih saja setia bergerak. Memberikan buih-buih putih bagai kain berenda tipis.Â
"Aku ingin menggenggam erat tanganmu," kata seseorang.Â
Devan menengok ke arahnya. "Maaf, kau mengatakan apa?"Â
"Tak apa-apa. Aku hanya ingin mengatakan, sungguh indah malam ini." jawabnya.Â
Seseorang itu lalu menunjuk ke arah sinar rembulan sedang purnama, yang tersembunyi di balik pohon dekat bangunan tepi pantai.Â
Devan tersenyum. Ia tahu, seseorang itu sekarang sedang terkagum padanya.Â