Teman saya pernah curhat, ia tidak menyukai kucing. Ada berbagai alasan mengapa ia tidak menyukainya. Ia juga takut bila didekati seekor kucing. Sebenarnya sih, cenderung bukan takut. Tetapi semacam phobia, karena orang tuanya dulu takut dengan kucing. Begitu juga kakek neneknya. Â Â
Eh, anaknya teman saya itu juga tidak menyukai kucing. Kalau sedang berkunjung ke rumah, kadang kakinya naik kursi ketika ada kucing mendekat. Saya pun membatin, "Padahal, kucing itu kan imut. Mengapa harus takut?"Â
Asal kita merawatnya dengan penuh kasih sayang, mengajarinya agar tidak pup sembarangan, tidak akan merepotkan. Maka akan menjadi hal yang menyenangkan ketika bersamanya. Kucing juga tidak menakutkan dan galak. Bahkan manis manja.Â
Tentang kucing ini, saya berkebalikan dengan teman saya tadi. Saya menyukainya, hingga kadang ketika bertemu kucing di jalan, saya menyapanya, "Hai, Pus. Kamu kok ganteng sih?" Menurut saya, kucing itu ganteng dan cantik. Lucu dan imut. Hahaha... aneh kan? Namanya juga suka.Â
Kucing membuat saya terhibur dengan tingkahnya yang lucu. Sampai-sampai orang terdekat saya hafal. Dan mereka tertular. Mereka juga sering cerita ketika bertemu kucing. "Bun, aku tadi ketemu pus. Bagus banget loh. Iyeng aja kalah ganteng." Berbagi foto tentang kucing di keluarga juga sudah biasa. Hehehe...
Nah, kucing itu bisa menjadi teman yang baik buat manusia, loh. Mereka memiliki insting untuk mengetahui siapa yang suka dan yang tidak suka padanya. Sehingga ketika kita suka padanya, maka kucing pun membalasnya dengan menyukai kita juga.Â
Jika ditanya kenapa saya menyukai kucing, maka ada 5 alasan untuk itu.Â
1. Kucing bisa menjadi teman bicara, hiburan, dan penghubung
Meskipun dengan bahasa yang berbeda, kucing bisa menjadi teman bicara. Ketika saya bicara apa, kucing menyahut apa. Alih-alih saya jadi tertawa sendiri. Merasa lucu. Mereka juga mengerti kalau kita sayang padanya.
Kadangkala pula, kucing menjadi obyek guyonan di keluarga. Kami ramai-ramai mengajak bicara kucing dan bercanda. Dimarahi juga tidak protes. Jawabnya hanya mengeong.
Apalagi ketika kucing merasa lapar. Maka mereka mengeong semakin keras, bagai paduan suara. Bisa menjadi bahan hiburan untuk kami. Nah, kucing juga bisa menjadi penghubung keakraban antar keluarga, bukan?Â
Wajah kucing yang comel, bisa menjadi obyek menarik bagi hobi memotret saya. Kucing yang merupakan makhluk terlucu sedunia, menggemaskan dan selalu ceria menjadi moodbooster. Tingkahnya yang lucu, memaksa saya untuk tak segan mengambil gambarnya. Bahkan kucing yang sedang tawur, bisa menjadi obyek menarik.Â
3. Dengkuran kucing bisa membuat tenang
Saya menyukai suara dengkuran kucing. Kucing yang sedang mendengkur, artinya ia sedang bahagia. Sehingga efeknya menular kepada pemiliknya. Dengkuran itu membuat perasaan nyaman dan tenang ketika saya sedang memeluknya.
Baca juga: Kucing yang Kawin, Kok Saya yang Sakit Hati
Ini adalah obat mujarab untuk penghilang kesedihan, menggantinya dengan perasaan bahagia. Konon hanya dengan memeluk kucing selama 15 menit saja, mampu meningkatkan produksi serotin yang berfungsi menghasilkan perasaan bahagia, loh.Â
4. Kucing memberikan pelajaran tentang kasih sayang
Meskipun kucing hanya seekor binatang, tetapi ia juga mempunyai kasih sayang layaknya manusia. Kita bisa mengambil pelajaran tentang kasih sayangnya.
Kucing betina yang menyayangi anaknya. Kucing jantan sebagai penjaga daerah kekuasaannya dengan melindungi kucing betina dan anak-anak kucing. Atau antar sesama anak kucing yang sedang bermain, mereka saling menyayangi antar saudara. Kucing saja sayang dengan kucing lainnya. Kenapa kita tidak? Ya kan?Â
Mereka yang selalu melakukan tingkah polah lucu bisa menjadi obat hati. Seperti halnya saat mereka selalu membuntuti saya kemana-mana. Bagaimana reaksi lucu yang mereka lakukan. Seperti ajudan mengikuti tuannya kemana saja pergi.
Baca juga: Kucing Bisa Menjadi Coping Stres?
Atau ketika mereka menyambut kedatangan saya dengan meongannya, saat baru tiba di rumah dari bepergian. Wajahnya yang imut, kadang memelas, bikin kangen. Hal inilah yang membuat pikiran stres menghilang entah kemana. Alih-alih bisa menjadi obat hati. Pikiran yang sempit menjadi lapang kembali.Â
Wahyu Sapta.Â
Semarang, 29 Februari 2020.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H