Sepasang suami istri, sebut saja, Naura (istri) dan Bima (suami), baru saja menikah. Aroma pengantin baru masih merebak. Lagi sayang-sayange, kata sebuah lagu. Tapi ada suatu ganjelan, saat Bima lebih cenderung ke ibunya. Sedikit-sedikit, ibunya. Masakan ibuku lebih enak. Ibuku lebih pintar. Begitu katanya. Bla... bla... bla... dan seterusnya.Â
Bagi para perempuan yang notabene seorang istri, pernahkah terpikirkan, ketika ternyata suami lebih cenderung ke ibunya daripada istrinya sendiri? Lebih sayang ibunya daripada dirinya? Apalagi bagi pasangan suami istri yang baru saja menikah, dalam masa penyesuaian, tentu hati istri dibikin kalang kabut. Kok suamiku nggak sayang aku sih? Kok ia lebih mementingkan ibunya sih? Apa salahku? Apa dosaku?Â
Jangan bingung, tidak ada apa-apa. Itu adalah hal biasa. Karena biasanya dalam masa transisi atau penyesuaian, pasti tak lepas dari campur tangan seorang ibu yang pernah melahirkannya. Jangan berpikir terlalu dalam. Jangan stres, apalagi sampai tidak doyan makan tujuh hari tujuh malam. Malah nanti bikin cepat kurus, loh. Hahaha... ups... becanda.Â
Lalu, bagaimana perasaan sang istri menghadapi hal yang demikian? Pernahkah cemburu? Senewen bahkan merajuk? Lalu cemberut, sehingga sang suami kebingungan, karena tidak tahu permasalahannya, ujug-ujug istri menjadi pendiam? Karena biasanya sang istri tidak tahu harus bersikap bagaimana, takut menyinggung perasaan sang suami, maka diam-diam merajuk. Mogok memasak, mogok mencuci, mogok semuanya, lalu sang suami garuk-garuk kepala yang tidak gatal.Â
Baca juga: Sikap "Saling" dan Menjaga Komitmen Bersama Suami-Istri
Istri tercintaku kenapa ya? Apakah baru PMS? Atau belanja bulanan kurang? Atau... bla... bla... bla... Bukannya terselesaikan masalah, ketika sang suami bertanya kenapa, eh sang istri malah tambah merajuk. Semakin runyam, lalu, "Beib... aku benci kamu!" Gubraaak... sang istri tutup pintu!Â
Nah, jangan sampai ya.Â
Ada beberapa cara jitu atau trik mengatasi perasaan agar tak cemburu ketika sang suami lebih sayang ibunya daripada istri. Tentu saja, sang istri harus melebarkan hati ya. Jangan cemburu buta, melainkan malah tambah sayang kepada suami, karena suami yang demikian itulah dambaan setiap istri.Â
1. Berpikiran positif. Bukalah pikiran. Jika sang suami lebih condong ke ibu, artinya sang suami adalah orang yang menyayangi keluarga. Menyayangi dan menghormati ibunya, seperti yang diajarkan oleh agama. Sang suami adalah orang yang baik dan tidak akan menyakiti hati perempuan termasuk hati sang istri. Kepada ibunya saja sayang, apalagi kepada istri tercintanya. Iya, kan?Â
Baca juga: Para Suami, Sayangi Istrimu dengan Mengingat Pengorbanannya
2. Belajarlah dari kelebihan ibu mertua. Apa sih yang membuat suami sayang pada ibunya? Mungkin karena masakannya yang enak, kelembutannya, kasih sayangnya. Maka curilah ilmu dari sang ibu mertua. Jika perlu, mengamati atau bicara langsung ingin belajar darinya. Minta resep masakan kesukaan suami, cara menghadapi suami, karena ibu yang merawatnya sejak kecil pasti hapal kebiasaannya.Â
3. Berbaik-baiklah pada ibu mertua dan menyayanginya. Selalu menjaga tali silaturahmi dengan beliau. Jika istri sayang pada ibu mertua, maka sang suami akan bertambah sayang pada istri. Dalam hatinya mengatakan, oh, istriku baik pada ibuku. Dan itu akan membuat hatinya bahagia. Maka, cintanya pada istri tak akan berkurang, bahkan semakin bertambah. Membawa bahagia kepada semuanya, kan? (Antara aku, suami, dan ibu mertua. Hahaha... kayak judul sinetron saja, ya).Â
4. Menyesuaikan kegemaran sang ibu mertua. Misalnya ibu mertua gemar membaca, menyukai masakan tertentu, atau apapun. Maka kadangkala istri boleh menyesuaikan diri dengan menggemarinya juga. Tak ada salahnya. Hanya saat tertentu saja dan tidak harus selamanya. Apalagi jika tidak menyukainya, malah nanti akan membuat perasaan semakin tertekan. Hanya sekedar mengetahui dan menyesuaikan diri saja, ya. Agar tidak kaget dan bisa membawakan diri. Syukur-syukur memiliki kegemaran yang sama. Wah, asyik nih. Bisa-bisa suami yang nantinya bakalan cemburu. Hahaha...Â
Baca juga: Inilah Perbedaan Suami Takut Istri dengan Suami Sayang Istri
5. Berbagi ilmu dengan ibu mertua. Ketika jembatan komunikasi telah terjalin baik antara istri dan ibu mertua, maka bolehlah sesekali istri unjuk kelebihan di hadapan ibu mertua. Harapannya sih, agar sang ibu mertua mengapresiasi kemampuan sang istri. Jika mendapat nilai plus, maka ibu mertua tidak akan ragu-ragu menitipkan anak kesayangannya pada menantunya. Uhuks. Inilah yang ditunggu-tunggu. Iyes, kan?Â
Nah, sebetulnya tak merepotkan, bukan? Cukup kemauan dan pengertian. Berpikir positif dan jangan berburuk sangka. Jika seiring sejalan, tak ada yang dirugikan dan merugikan. Semuanya akan baik-baik saja dan tambah sayang semuanya.Â
Istri kembali membuka pintu, lalu berkata, "Beib, maafkan aku ya, ternyata kamu adalah suami dambaanku. Segala sesuatu bisa dipelajari. Banyak jalan dan pasti ada penyelesaiannya."Â
Suami yang masih di depan pintu bernafas lega, lalu bilang, "Iya beib, maafkan aku juga ya. Bukannya aku tak sayang kamu, tetapi agama mengajarkan bahwa sayangilah ibumu, ibumu, ibumu."Â
Gubraaak... lalu pintu menutup kembali. Kali ini beda ceritanya. Ada kelembutan dibalik gubraknya pintu. Ada sentuhan kasih sayang, bukan aroma marah atau sebuah rajukan.Â
Baiklah. Damai. Happy ending.Â
Salam,Â
Semarang, 1 Februari 2020.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI