Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Event Semarkutiga] Trik Mengatasi Cemburu Ketika Suami Lebih Sayang Ibu daripada Istri

1 Februari 2020   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2021   12:18 3060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Berbaik-baiklah pada ibu mertua dan menyayanginya. Selalu menjaga tali silaturahmi dengan beliau. Jika istri sayang pada ibu mertua, maka sang suami akan bertambah sayang pada istri. Dalam hatinya mengatakan, oh, istriku baik pada ibuku. Dan itu akan membuat hatinya bahagia. Maka, cintanya pada istri tak akan berkurang, bahkan semakin bertambah. Membawa bahagia kepada semuanya, kan? (Antara aku, suami, dan ibu mertua. Hahaha... kayak judul sinetron saja, ya). 

4. Menyesuaikan kegemaran sang ibu mertua. Misalnya ibu mertua gemar membaca, menyukai masakan tertentu, atau apapun. Maka kadangkala istri boleh menyesuaikan diri dengan menggemarinya juga. Tak ada salahnya. Hanya saat tertentu saja dan tidak harus selamanya. Apalagi jika tidak menyukainya, malah nanti akan membuat perasaan semakin tertekan. Hanya sekedar mengetahui dan menyesuaikan diri saja, ya. Agar tidak kaget dan bisa membawakan diri. Syukur-syukur memiliki kegemaran yang sama. Wah, asyik nih. Bisa-bisa suami yang nantinya bakalan cemburu. Hahaha... 

Baca juga: Inilah Perbedaan Suami Takut Istri dengan Suami Sayang Istri

5. Berbagi ilmu dengan ibu mertua. Ketika jembatan komunikasi telah terjalin baik antara istri dan ibu mertua, maka bolehlah sesekali istri unjuk kelebihan di hadapan ibu mertua. Harapannya sih, agar sang ibu mertua mengapresiasi kemampuan sang istri. Jika mendapat nilai plus, maka ibu mertua tidak akan ragu-ragu menitipkan anak kesayangannya pada menantunya. Uhuks. Inilah yang ditunggu-tunggu. Iyes, kan? 

Nah, sebetulnya tak merepotkan, bukan? Cukup kemauan dan pengertian. Berpikir positif dan jangan berburuk sangka. Jika seiring sejalan, tak ada yang dirugikan dan merugikan. Semuanya akan baik-baik saja dan tambah sayang semuanya. 

Istri kembali membuka pintu, lalu berkata, "Beib, maafkan aku ya, ternyata kamu adalah suami dambaanku. Segala sesuatu bisa dipelajari. Banyak jalan dan pasti ada penyelesaiannya." 

Suami yang masih di depan pintu bernafas lega, lalu bilang, "Iya beib, maafkan aku juga ya. Bukannya aku tak sayang kamu, tetapi agama mengajarkan bahwa sayangilah ibumu, ibumu, ibumu." 

Gubraaak... lalu pintu menutup kembali. Kali ini beda ceritanya. Ada kelembutan dibalik gubraknya pintu. Ada sentuhan kasih sayang, bukan aroma marah atau sebuah rajukan. 

Baiklah. Damai. Happy ending. 

Salam, 

Wahyu Sapta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun