Ibu mendukungku. Juga tentu saja mendukung saudara-saudaraku yang lain. Ibu selalu baik dan sabar pada kami.Â
Jika saja dulu tak ada perpustakaan sekolah yang aku anggap bagai perpustakaan pribadi sesuai dengan imajinasi kecilku, maka aku mungkin tidak memiliki hobi menulis seperti sekarang.
Bersyukur memiliki ibu seperti ibu. Ia mendidikku dengan baik. Dan ia memberikan warisan ilmu, yang tak bisa kubeli di toko manapun. Semoga aku bisa mewariskannya juga pada anak-anakku. Meski tak sesempurna ibu.
***
Setiap ada kesulitan, ibu selalu ada di sampingku. Memberikan semangat. Cintanya melebihi apapun.
Ada hal yang tak bisa dan tak akan pernah kulupakan. Dukungan ibu ketika aku menghadapi proses melahirkan untuk pertama kali. Tentu saja ketakutan melanda. Antara mampu dan tidak. Ketika kesakitan sudah tak kurasa, tetapi semangat itu mengendur. Dua nyawa ada dipundakku. Aku dan bayiku.
Ibu menyemangati, bahwa aku harus berani. "Tantangan sakit yang tak seberapa, nanti akan tergantikan dengan kebahagiaan, nduk. Lahirnya sang bayi, menghapus lelahmu. Hadapi takutmu. Kamu bisa."Â
Entah kenapa, semangat itu tiba-tiba memberikan kekuatan. Dan benar saja kata ibu. Sakit dan lelah terbayarkan. Kebahagiaan datang. Bahwa makhluk kecil yang sebelumnya berada di perut, kemudian terlahir, menjadikan naluri keibuanku menyala. Aku menjadi sejajar dengan ibu, dengan menjadi seorang ibu untuk pertama kali. Aku: seorang ibu.
***