malam ketika rembulan menitipkan cahaya pada pusaran angin yang sedang basah oleh sisa hujan, bergegas kupunguti tetes-tetes air yang menyala karena sinarnya
adalah sebuah rahasia antara keduanya, rembulan yang bersinar terang lebih besar dari biasanya dan tetesan air hujan semata, keduanya membawa pesan: apa yang kau tahu tentang cinta?
lalu kulewati malam dengan sebuah hati yang tak utuh
aku tahu,
cinta yang mengarah kepadaku mengambil sebagian hati, lalu pergi meninggalkanku dengan sisa hati yang separuh
semua ada sebab akibat, katamu, kau yang terlebih dulu telah mencuri hatiku dan tak pernah kembali, sedang aku dengan separuh hati merana sendiri,
lalu mengapa harus membalas untuk saling mencuri hati? bukankah dengan demikian hati akan saling bertukar
aku membencinya! pada suasana saling mempertaruhkan hati masing-masing tapi tak pernah bersatu, hanya ada saling harap dan tak berani bertatap muka
ataukah ini yang dinamakan rindu?
aku lebih membenci rindu, membuatku tersiksa, sedang cinta terus mendesak, lalu mereka berbarengan menderai mentertawaiku,
oh, ternyata mereka adalah sebuah perpaduan, sedang rembulan adalah pemanis malam ini.
Semarang, 3 Oktober 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H