Entah. Tetapi cemburu ini membelenggu. Mengurung dalam sebuah ruang pengap, hampir membuatku sesak bernafas. Saat dinalar, apa yang membuatku cemburu?
ruang rindu ini serupa pesan kepada angin.
rindu dalam sebuah racikan cinta yang dipadu dengan keterbatasan. menempati ruang dan hanya berupa sebuah uap rasa tak tampak. ruang rindu tersembunyi, tak pernah terungkap. berbentur pada jeda. menyeruak ingin segera berluang.
rindu menyampaikannya pada angin. membawanya menuju ke arah harusnya. tak sampai salah arah. lalu kembali kepadanya. tepat sasaran. rindu tersampaikan.
lalu rindu menempati ruang hati. jatuh kepada ia.
tapi, mengapa beralih pada cemburu?
Namanya Nakita. Ia yang berpeluang utama menjadi nama yang patut dicemburui. Bukan apa-apa. Nama itu telah mengisi jajaran huruf di cerita, yang terintip olehku. Boleh kan aku cemburu dan mengungkapkannya padamu?
"Kamu berlebihan," jawabmu tak menoleh, tetap fokus pada jajaran huruf-huruf di depanmu.
"Aku tak berlebihan. Hanya cemburu."
Tetapi kemudian kau mengatakan bahwa hanya ingin membuat sesuatu yang berbeda. Tak lebih. Lalu, siapa yang percaya? Ketika kau menulisnya dengan mengendap-endap seakan tak ingin diketahui oleh siapapun. Saat aku mendekatimu, bahkan kau berhenti menggerakkan tangan.
"Nothing happen, honey." katamu. Baiklah. Tak mengapa. Kali ini aku berusaha memiliki hati yang lapang.
***
Beberapa kali Nakita hadir dan membuatmu semakin memiliki dunia berbeda. Hanya kau dan Nakita. Lambat laun, membuatku tersingkir dari relung hatimu. Seakan melupakanku. Aku tak mau itu terjadi.
"Kau sudah makan?"
"Sebentar lagi. Tanggung ini,"