Sekitar akhir tahun 2009, setiap memasuki waktu salat, masjid At-Taqwa RW 3 Kelurahan Ngaliyan Semarang terdengar suara azan yang mengalun merdu. Ada kesyahduan di suara azan, sehingga menyentuh hati. Orang yang tinggal di sekitar masjid bertanya-tanya, siapa yang tengah berazan.
Ternyata ia bernama Syaiful Anam Ma'wan, biasa dipanggil Anam yang merupakan warga pendatang. Usianya belum genap 18 tahun waktu itu, sudah bekerja sebagai sales gas dan air mineral berlokasi dekat masjid.Â
Dari waktu Dzuhur hingga Isya, ia berusaha salat berjemaah. Sering ia mendapati pengisi azan kosong. Jika kebetulan tidak ada yang berazan, maka ia berinisiatif untuk azan.
Karena itulah, menarik perhatian pengurus masjid dan memintanya agar ia bersedia tinggal di masjid. Kebetulan pada saat itu petugas kebersihan masjid (marbut) mengundurkan diri.Â
Akhirnya ia menerima pekerjaan marbut, hanya sebagai sambilan. Karena ia masih terikat pekerjaan yang lama.Â
Ternyata pekerjaan itu, menyita waktu. Bosnya menaruh curiga. Tetapi bosnya baik hati saat mengetahui bahwa Anam merangkap pekerjaan, ia memberikan pilihan. Ikut dirinya atau condong ke masjid. Ternyata Anam memilih masjid.Â
Meski tidak lagi ikut dengan bosnya, Anam masih menjalin hubungan baik dengan bos lamanya. Bahkan karena kebaikan si bos, Anam yang hanya lulusan SD dibantu untuk meneruskan sekolah.Â
Anam berasal dari Magelang, kemudian merantau ke Semarang. Orangtuanya adalah petani. Awalnya ia dituntut agar bertani, tetapi ia merasa tak mampu karena ia tidak bisa mencangkul, hingga akhirnya ia memutuskan untuk merantau dan mencari pekerjaan di Semarang yang membawanya ke masjid At-Taqwa Ngaliyan.Â
Ia yang berawakan putih bersih dan pengetahuan agama yang dibilang lebih, suara azan dan bacaan Alquran yang merdu, orang tidak menyangka bahwa ia hanya lulusan SD. Pengetahuan agama ia peroleh dari mondok di Pesantren An-Najah Magelang.Â
Anam memiliki cita-cita tinggi. Ia juga ingin menjadi orang sukses. Namun, ia sadar bahwa untuk memperoleh cita-citanya, tidak bisa hanya lulusan SD. Ia bertekad melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi.Â
Kejar Paket B setingkat SMP tahun 2010 dibantu bosnya saat ia bekerja sebagai sales gas. Selama 3 tahun dan lulus. Kemudian meneruskan Kejar Paket C setingkat SMA.Â
Pada saat sekolah di Kejar Paket C, ia telah bekerja sebagai marbut.Â
Pengurus masjid mengetahui ketika ia kelas 2. Langsung ia mendapat bantuan biaya pendidikan hingga lulus dengan program pendidikan Gerakan Seribu Rupiah (GSR) dari donatur jamaah masjid.
Dengan gaji Rp. 500.000, Anam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lika-liku kehidupan, menempanya menjadi pribadi yang kuat. Lulus SMA, bertekad kembali meneruskan pendidikan ke jenjang kuliah. Kebetulan, orang-orang baik ada di sekitarnya. Ada saja jalan yang bisa membantunya meraih cita-cita.Â
Salah satunya adalah bantuan dari Ibu Elishabet Dosen UIN Walisongo yang tinggal di dekat masjid. Beliau menyarankan agar ia kuliah di UIN lewat jalur mandiri. Memang dari segi usia ia sudah tidak muda lagi. Tahun 2016, usianya sudah 24 tahun. Alhamdulillah diterima.
Ia mulai kuliah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) tahun 2016. Sekarang memasuki semester VI dengan bantuan biaya UKT dari GSR. Sungguh mengagumkan.
Di balik kekurangannya, Anam masih bisa meneruskan cita-cita. Kisahnya ini bisa menjadi inspirasi bagi orang di sekitarnya.
"Kuncinya adalah sabar dan yakin, kemudian meningkat menjadi sabar dan syukur," begitu katanya.Â
Tugas sebagai marbut tetap ia sandang. Keinginnya melayani jamaah masjid dan mengabdi pada masyarakat adalah hal utama. Masjid At-Taqwa sekarang penuh jemaah dengan berbagai karakter.Â
Banyak pro dan kontra dalam menjalani tugasnya sebagai marbut. Tetapi ia yakin, bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan damai. Karena Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin.
Dan ada satu keinginannya, yang juga menjadi cita-citanya. Ia ingin naik haji pada suatu hari nanti. Dengan menabung dari gajinya sebagai marbut, juga pekerjaan serabutan lainnya. Apabila berhaji belum bisa, maka ia ingin berumroh terlebih dahulu.Â
Alangkah senangnya, jika ada yang menawarinya untuk berangkat umroh dan ia bisa berangkat ke tanah suci. Amin Alllahuma Amin.
***Â
Tulisan ini diikutsertakan juga di landing page berlipatnyaberkah.allianz.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H