Dalam setiap kesempatan, setiap bepergian, saya selalu saja ada meluangkan waktu untuk mencicipi makanan yang khas. Mumpung!Â
Seperti kemarin tanggal 1 hingga 4 Juli 2019, ketika saya berkesempatan mengunjungi kakak saya di Balikpapan dan Tanahgrogot Kalimantan Timur. Dan beruntunglah saya yang memiliki banyak kakak yang tinggal di berbagai kota, sehingga bisa mengunjunginya.Â
Saya pergi dengan kakak perempuan saya dan suaminya. Dan lagi-lagi beruntunglah saya, memiliki kakak yang baik hati. Nasib anak bontot yang beruntungnya di sini. Mendapat banyak sponsor ketika bepergian bersama kakak. Hahaha... sudah bisa ditebak kan saya anak nomer berapa jika dilihat dari nama? Keluarga kandung saya, semua memiliki nama depan Wahyu.Â
Hari pertama, saya menginap di Balikpapan. Beberapa kali kuliner makanan Balikpapan yang didominasi ikan-ikanan. Seperti ikan Woku, Trakulu Bakar, Palumara Kakap, Kangkung Belacan, Kepiting Saos Padang. Rasanya nendang dan menggoyangkan lidah saya untuk menyantapnya hingga tuntas. Mantap!
Kata sang keponakan, sebenarnya ada jalan darat dan tak harus melewati muara. Tetapi jarak tempuhnya lebih lama dan kondisi jalan masih belum memadai. Jadi lebih baik menyeberang muara dengan naik kapal feri.
Kemudian saya juga melihat kapal speedboat yang melaju kencang. Jika ingin cepat sampai ke daratan bisa menaiki speedboat karena lebih cepat sampai. Tapi yang belum pernah menaikinya mungkin sedikit memacu adrenalin. Juga kapasitasnya lebih sedikit, hanya bisa menampung beberapa orang saja.Â
Kanan kiri jalan terdapat perkebunan kelapa sawit. Dan saat melewati jalan, berjajar beberapa penjual sawo. Tampaknya baru musim buah sawo. Karena saya melihat beberapa pohon sawo yang ada di pinggir jalan sedang berbuah.Â
Ketika di tengah perjalanan, keponakan menawari ingin makan apa. Kebetulan saat itu waktu jam makan siang. Ia mengatakan bahwa di kota Kuaro, ada warung makan Nasi Gandul yang lezat. Sayapun heran. Di sini ada juga yang menjual Nasi Gandul? Karena Nasi Gandul ini adalah makanan khas kota Pati. "Iya Tante, yang jual orang Pati. Merantau ke sana dan membuka warung Nasi Gandul. Laris loh tan." katanya. Saya mengiyakan karena ingin tahu perbedaan rasa nasi gandul yang di sini dengan versi asli di kota Pati.
Saatnya mencicipi!
Kuahnya bening, memakai kaldu ayam kampung yang gurih. Rasa rempah-rempah biji pala, cengkih, kayu manis menguar keluar. Membuat rasanya khas. Juga aroma bawang putih goreng yang dominan. Isian soto terdiri dari soon, suwiran ayam kampung, perkedel kentang yang diremuk, irisan telur bebek rebus, ditaburi seledri dan bawang goreng. Kemudian disiram dengan kuah beningnya yang asin gurih. Sedap mantap!
Pedas dan panasnya kuah membuat soto ternikmati tandas. Nggak nyesel rasanya. Meski awal mula ingin menikmati nasi gandul yang ada di Kuaro. Tetapi Soto Banjar yang merupakan makanan khas Suku Banjar tetap sedap.
Harga satu porsi Soto Banjar lengkap hanya Rp. 23.000,- saja. Mengenyangkan. Menuntaskan rasa. Saya sempat berkenalan dengan pemilik warung yang telah membuka warungnya dua tahun di sini. Ibu Desi dan ibu Ruhayati. Laris manis ya bu, jualannya. Aamiin.
Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan kembali. Memasuki Kabupaten Paser. Kota Tanahgrogot telah nampak.
Nah kan. Iya kan? Makan lagi! Ya, ya. Jika bertemu saudara yang lama tak bertemu, adalah saatnya makan-makan dan makan terus. Tetapi begitulah. Jangan takut gemuk. Karena bahagia itu tidak harus kurus. Hahaha...
Salam,
Wahyu Sapta.
Semarang, 5 Juli 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H