halalbihalal. Untuk tahun ini, diadakan di tempat wisata Grand Maerakaca, Semarang. Sudah lama saya tidak mengunjunginya, sebuah destinasi wisata Taman Mini Jawa Tengah yang ada di Semarang.
Seperti biasa, setiap tahun kampung saya mengadakan acaraDulu namanya Puri Maerakaca. Sudah ada sejak tahun 1993, tetapi sempat mangkrak pembangunanya beberapa tahun lamanya. Kemudian difungsikan kembali memakai nama baru Grand Maerakaca sejak 12 Mei 2017. Lebih keren tentunya.
Grand Maerakaca Taman Mini Jawa Tengah ini beralamat di Jl. Anjasmoro-Tawangsari, Semarang Barat, 50174, dekat Bandara Ahmad Yani Semarang yang baru dan Kampung Laut.
Di sini bisa ditemukan bermacam-macam Anjungan Rumah Adat Jawa yang berasal dari 35 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Diantaranya Anjungan Semarang, Kudus, Pati, Demak, Boyolali, Magelang, dan lainnya. Masing-masing memiliki khas tersendiri, sesuai dengan ciri dan budaya yang ada di daerahnya.
Daya tarik dari Grand Maerakaca antara lain kita bisa mempelajari kebudayaan Jawa Tengah secara lebih lengkap. Obyek wisata ini, merupakan tempat wisata edukasi dan wisata budaya. Sering juga difungsikan sebagai lokasi pameran pengenalan budaya Jawa Tengah.
Awal datang, disambut oleh pintu gerbang dari bambu yang menarik perhatian. Kemudian ada anyaman burung kuntul yang besar sekali dari bahan bambu dan jerami. Burung kuntul ini memang banyak hidup di hutan mangrove sekitar pantai. Grand Maerakaca memang berlokasi dekat pantai.
Dan tempat wisata ini memiliki fasilitas Trekking Mangrove, dengan perahu dan view yang bagus. Merupakan andalan wisata Grand Maerakaca. Sehingga sering dijadikan obyek foto. Sangat instagramable. Sayangnya karena terburu waktu mendatangi acara, saya belum sempat mampir. Next time saya harus berkunjung lagi ke sana, agar tidak penasaran.
Pada tanggal 23 Juni 2019, saya dan tetangga kampung satu RT mengadakan acara halalbihalal di sana. Acara berlangsung di Anjungan Magelang. Untuk menuju sana, saya harus rajin bertanya karena saking luasnya lokasi, yang konon berukuran 23 hektare lebih. Dari tempat parkir harus jalan kaki agar sampai ke lokasi. Untung saja, orang yang bertugas di sana ramah dan tidak keberatan saat ditanya.
Oya, informasi juga, jika ingin mengadakan acara, seperti acara reuni atau halalbihalal seperti ini, setiap anjungan bisa disewa atau booking tempat. Harganya tergantung lokasi. Untuk Anjungan Kota Magelang seharga 300.000 ribu rupiah.Â
Dengan luas gedung kurang lebih berkapasitas 50 orang dengan duduk lesehan. Sedangkan karpet atau tikar dan fasiltas lainnya membawa sendiri. Juga tiket masuk, tetap harus membayar per orang. Harga tiketnya 10.000 rupiah. Cukup murah, bukan?
Tibalah saatnya acara, yang dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-quran oleh mas Syaiful Anam. Kemudian tausiah diberikan oleh Bapak Bisri Ruchani, dari Balai Litbang Agama Semarang.Â
Beliau membahas, bahwa sebenarnya halalbihalal adalah sebuah tradisi yang hanya ada di Indonesia. Awal populernya kira-kira sejak tahun 1950an. Dan tradisi ini bukan hanya milik umat muslim saja, melainkan juga untuk umat non muslim.Â
Dan kampung saya, berpenduduk majemuk. Meskipun mayoritas muslim, tetapi ada juga yang non muslim. Semua guyup rukun dalam suatu acara pengikat tali silaturahmi.
Kampung saya itu kampung yang nyaman dan aman. Dekat masjid, sekolah, pasar dan kampus UIN Walisongo Semarang. Saya bisa belajar banyak tentang agama, karena memiliki beberapa tetangga yang berprofesi sebagai dosen UIN.
Kemudian acara dilanjutkan doa bersama dan saling bersalam-salaman. Saling meminta maaf, siapa tahu dalam kehidupan sehari-hari selama bergaul bertetangga, ada melakukan kesalahan. Baik yang disengaja ataupun tidak disengaja.
Hati yang lapang, melebarkan diri, memaafkan segala kesalahan orang lain. Lalu melapangkan dada, untuk meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan diri sendiri. Kebahagiaan tercipta ketika kita saling memaafkan.
Jadi, inti dari adanya acara halalbihalal adalah saling bertemu, bersilaturahmi, bermaafan, kemudian terciptalah kebahagiaan. Bukankah begitu seharusnya? Karena posisi kita menjadi seimbang. Kembali ke fitri.
Baca juga artikel saya Kebahagiaan Bisa Tercipta oleh Diri Sendiri, Simpel dan Tidak Ribet.
Kemudian acara disambung dengan makan bersama dan sesi foto. Alangkah bahagianya. Dan seperti biasa, ibu-ibu akan ribut berfoto bersama, sedangkan bapak tenang saja. Misal ibu-ibu berfoto sepuluh kali, maka bapak-bapak cukup sekali saja. Hehehe...
Begitulah kebahagiaan. Bisa datang dari mana saja. Meskipun mungkin berbeda pendapat, tetapi dengan tetap saling menghormati, maka yakin bahwa kehidupan akan menjadi lebih mudah. Tidak kemrungsung. Apalagi dengan tetangga, yang ibarat saudara dekat. Suatu saat pasti saling membutuhkan.
Dan Grand Maerakaca menjadi saksi kebahagiaan serta jalinan tali silaturahmi kampung saya di Hari Raya Idul Fitri 1440 H. Semoga tetap rukun dan guyup selamanya, ya.
Nah, kembali ke Grand Maerakaca Semarang, wisata ini dibuka dari pukul 08.00 sampai 18.00 WIB. Bisa wisata kuliner di sana loh. Ada Warung Makan Bu Ana dengan andalan ikan asap yang dimasak mangut pedas. Nyumi. Pedasnya mantap. Saya pernah merasakannya.
So, silakan jika liburan ke Semarang, datang ke Grand Maerakaca. Destinasi wisata yang layak dikunjungi. Bisa untuk sesi foto keren yang instagramable dan juga bisa untuk mengadakan berbagai macam acara dengan menyewa anjungan daerah yang ada di sana. Keren kan?
Salam,
Wahyu Sapta.
Semarang, 23 Juni 2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H