Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Semangat Ramadan dan Kompasiana, Inspirasi untuk Kebaikan

7 Juni 2019   11:37 Diperbarui: 7 Juni 2019   12:09 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alhamdulillah. Meraih Best in Fiction Kompasiana Award 2018. (Dokpri)

Selama satu bulan penuh. Bagi umat muslim di dunia, dilatih untuk menahan segala hawa nafsu kesenangan dengan berpuasa di bulan Ramadan. Berhasil tidaknya dalam menahan hawa nafsu itu, tergantung dari keimanan. Bahwa selama gemblengan tersebut, paling tidak memacu diri untuk berbuat kebaikan.

Selalu ada dua sisi yang bertolak belakang pada diri manusia. Sisi baik dan sisi buruk. Lebih dominan mana, tergantung pada kita apakah bisa mengendalikannya. Dan dengan Ramadan itu, menginspirasi kebaikan pada diri manusia, agar sisi baik lebih dominan.

Ramadan, bagi saya, entah mengapa membawa suasana yang berbeda. Ketika memasuki bulan ramadan, maka pergantian kebiasaan berbeda dengan hari biasanya. Saat bangun di malam hari, menjalani sahur, kemudian tubuh harus menyesuaikan diri.

Lalu ada keinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bukan berarti dihari lainnya tidak mendekat, tetapi porsinya akan bertambah. Menambah beribadah, kesempatan menabung amalan untuk bekal di akhirat nanti. Bersedekah, menjadi lebih terasa nilai dan hikmahnya.

Aura dari masing-masing umat muslim, menguar keluar, menginspirasi muslim lainnya. Saling mendukung, bahwa bulan Rammadan adalah bulan kebaikan. Saling menjaga hawa nafsu masing-masing, agar tetap terjaga dan tidak menimbulkan bentrok.

Apakah ketika ramadan berlalu, maka semangat ramadan juga harus berhenti begitu saja? Tentu saja tidak. Atau minimal, tetap membawa kebaikan, meskipun tidak sempurna. Karena manusia bukanlah makhluk sempurna. Melakukan kesalahan, itu sudah fitrahnya. Hanya saja apakah ia mau mengubahnya atau tidak.

Ramadan berjanji akan datang kembali di tahun yang akan datang. Semoga bisa berjumpa lagi, dengan semangat yang sama dan lebih baik.

Semangat Ramadan, Semangat Menulis di Kompasiana

Sedikit flashback. Saya bergabung dengan Kompasiana sejak 14 Desember 2013. Lebih dari lima tahun. Tetapi saya tetap terus mencintai Kompasiana karena awal saya belajar menulis (lagi) adalah di sini. Bukan tanpa proses. Seiring dengan waktu dan proses belajar menulis itu, menjadikan saya lebih (merasa) pintar.

Persahabatan saya dengan tuts-tuts keyboard, text yang berjajar rapi di blog Kompasiana, lalu bertemu dan menjalin persahabatan dengan para penulis lain (Kompasianer), membuat saya memiliki wawasan yang sedikit luas dari sebelumnya.

Membaca dan menulis itulah menjadi kesenangan dan semangat saya di lima tahun terakhir ini. Dan yang membuat saya bahagia, adalah anugerah Best in Fiction Kompasiana Award 2018 yang diberikan kepada saya dari Kompasiana. Saya sangat berterimakasih kepada Kompasiana dan para sahabat saya yang telah mendukung. Menjadikan saya sejajar dengan penulis hebat lainnya di Kompasiana. Padahal, apalah saya.

Alhamdulillah. Meraih Best in Fiction Kompasiana Award 2018. (Dokpri)
Alhamdulillah. Meraih Best in Fiction Kompasiana Award 2018. (Dokpri)

Tentunya itu juga tidak ada dengan sendirinya, melainkan berproses. Beberapa buku juga telah tercetak. Meskipun masih tergabung dengan penulis lainnya. Cita-citanya belum terwujud untuk mencetak buku sendiri.

Nah, menulis 33 artikel dengan tema yang berbeda di bulan Ramadan adalah sebuah tantangan. Dengan kondisi saya, yang kadang tak memungkinkan. Tetapi saya berusaha untuk bisa menaklukkannya.

Sambil melakukan perjalanan di dalam kendaraan, proses menulis saya lakukan. Tidak mudah loh. Menulis di layar ponsel, sementara saya mobile. Juga kesibukan lain, seperti bertemu dengan orang, menyiapkan berbuka dan sahur untuk keluarga, beribadah ramadan, terawih. Hampir tak ada jeda, kecuali menjelang tidur di malam hari.

Butuh konsentrasi, agar tulisan tidak banyak typo dan sesuai tema. Kalau tidak dengan kemauan yang tinggi, maka tulisan jadi berantakan dan tidak jadi. Bete jadinya. Apalagi terpancang waktu, agar bisa tayang tiap hari. Sempat juga terpikir untuk tidak menulis. Tapi tantangan dari diri sendiri lebih mendominasi. Meski dengan kemampuan yang terbatas, Alhamdulillah tantangan terpenuhi.

Saya lebih merileksasikan diri. Agar tidak kemrungsung saat menulis. Kadang-kadang artikel menceritakan tentang keadaan yang sedang berlangsung. Atau menceritakan situasi yang saya temui pada saat itu. Mencari ide, bisa dari mana saja. Yang lebih dekat ide itu, bagi saya lebih enjoy untuk menulisnya.

Ya, ya. Memang kejenuhan sering melanda saya saat proses menulis. Buntu ide. Saya juga merasa kualitas tulisan menjadi lebih di bawah standar. Tidak maksimal. Tidak tereksplore. 

Ada rasa sesal, saat tidak bisa mengeditnya, karena sistem yang mengunci artikel setelah tayang. Saat membacanya kembali, banyak kesalahan tulis dan terasa aneh. Tetapi, tak apalah. The show must go on.

Semangat menulis 33 artikel di bulan Ramadan itu, paling tidak menjadi amazing experience. Tidak akan terlupakan dan tetap memacu semangat menulis. Hanya mungkin selanjutnya, alun yang sedikit diperlambat. Tidak setiap hari, tetapi sesuai kebutuhan. Karena menulis itu adalah kebutuhan bagi saya.

Semangat ini tidak bisa saya dapatkan dari tempat lain, loh, selain di Kompasiana tercinta. "Saya mampu!" begitu seru batin saya. Dan sayapun harus berterimakasih kepada suami dan anak-anak, dan diri saya sendiri. 

Karena telah mencuri sedikit waktu mereka, untuk proses pembuatan 33 artikel ini. Tanpa gerutu, hanya sedikit cemberut, dan godaan yang sengaja mereka lemparkan, agar saya memperhatikan mereka. Hahaha...

Terimakasih juga untuk semua, untuk Sahabat Kompasianer. Yang telah meluangkan waktu untuk membaca, memberikan rating dan komentar. Saya senang sekali. 

Thanks for everything.

Semangat menulis!

Selamat berlibur. Selamat berkumpul dengan keluarga.

Salam sayang,
Wahyu Sapta.

Semarang, 7 Juni 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun