Kebahagiaan, bisa diciptakan oleh diri sendiri. Suasana hati, mendukung kebahagiaan. Hati yang lapang, melebarkan diri, memaafkan segala kesalahan orang lain. Melapangkan dada, untuk meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan diri sendiri. Kebahagiaan tercipta ketika kita saling memaafkan.Â
Di hari lebaran nan fitri ini, kebahagiaan tercipta ketika kita melebarkan hati pada orang lain. Bertemu, bersilaturahmi, saling bertukar cerita, dengan saudara yang telah lama tidak bertemu.Â
Hari ini saya sedang bahagia. Berkumpul bersama keluarga besar di Wates Kulonprogo Yogyakarta. Saling bermaaf-maafan dan kangen-kangenan. Rasanya seperti mudik beneran, karena suasananya yang masih kental dengan tradisi.
Kemudian ada jajanan pasar. Diantaranya Sengkulun. Ada yang menyebutnya Awuk-awuk. Jajanan ini berbahan dasar tepung beras ketan yang di adon dengan kelapa parut muda dengan gula pasir. Rasanya manis legit dan sedikit gurih dari kelapanya. Sengkulun ini sudah jarang ada. Tetapi di sini masih ada yang menjajakannya di pasar.
Saya dan saudara saling membuat kebahagiaan dengan cara simpel dan tidak ribet. Menjadi diri sendiri dan tidak harus menjadi orang lain. Mengungkapkan rasa senang dengan spontanitas dan tidak pura-pura. Ada ikhlas di dalamnya.
Keadaan yang dimiliki, baik buruknya, membaur tanpa membedakan satu sama lainnya. Yang ada hanya rasa bahagia. Tak perlu ribet menanyakan status dan kekayaan yang dimiliki. Toh, kesempatan bertemu hanya satu tahun sekali. Yaitu pada saat lebaran. Kecuali jika ada keadaan darurat seperti undangan pernikahan atau saat takziah.
Mengisi pertemuan hanya dengan kebaikan. Tidak ada ajang pamer dan kesombongan. Jadi, menciptakan kebahagiaan itu mudah. Mulai dari diri sendiri dan menularkannya pada orang lain. Lalu kebahagiaan itu bisa tercipta dengan cara simpel dan tak perlu ribet.Â
Demikian halnya meminta maaf kepada teman, adalah suatu kebahagiaan. Simpel dan tak ribet. Meminta maaf adalah hal yang menjadikan kita lega dan memberikan efek bahagia.Â