Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mitha, Serpihan Cinta, dan Aku Memilikinya

25 Maret 2019   21:49 Diperbarui: 25 Maret 2019   22:05 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mungkin seorang lelaki yang patut dikasihani. Ah, tapi... Sebenarnya bukan begitu. Aku adalah laki-laki yang sedang mujur. Bukankah satu bulan ini, aku baru saja berhasil menikahi perempuan yang ada di depanku saat ini? Dengan susah payah aku mendapatkan dirinya. Aku teramat mencintainya. Dan butuh waktu yang lama untuk bisa memilikinya secara utuh.

Perempuan cantik itu bernama Mitha.

***

"Aku kira, kau salah jika mencintaiku, Andra. Aku sudah bilang kepadamu sejak lama. Jangan mencintaiku." katanya pada suatu hari. Tetapi aku tak pernah menggubris kata-katanya. Bahkan bisa dibilang, aku semakin mencintainya tanpa pernah ia memintanya.

"Aku mencintaimu, Mitha. Meski kamu tidak. Untuk bisa dekat denganmu saja, aku sudah senang." kataku. "Apalagi jika aku bisa memilikimu." sambungku dalam hati.

Mitha hanya tersenyum. Aku tahu, di dalam lubuk hatinya, ia juga mencintaiku. Meski untuk bisa memiliki dirinya sama dengan perang dunia ke empat. Akan banyak kejadian yang terjadi jika aku tiba-tiba saja bisa memilikinya.

Untung saja aku termasuk lelaki yang sabar. Kesabaranku itu mencegah kejadian perang dunia ke empat. Semua berjalan tenang. Setenang lautan meskipun bergemuruh ombaknya. Ombak yang menuju pantai seolah ingin meraih sesuatu dan akan kembali ke lautan. Hatiku bergemuruh, meski di luarnya tidak.

Dan ketika akhirnya semua kembali normal seperti semula. Aku hanya bisa mencintainya, tanpa bisa memilikinya.

***

"Bagaimana, Mitha. Apakah kau bisa menemuiku saat ini. Aku sedang sekarat. Aku dirudung rindu. Dan hanya kamu yang bisa mengobatinya."

Tetapi Mitha hanya bisa menangis. Ia menginginkannya, tetapi tak bisa. Tangisannya membuat hatiku luluh dan aku menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun