Suatu hari saya mengunjungi pantai. Sebuah kenikmatan yang hanya bisa saya peroleh jika berada di sana. Kenikmatan itu adalah, dengan mendengarkan deburan ombak, angin sepoi menderu yang ikut menerbangkan kerudung, hingga saya butuh memegangnya. Ada keasyikan tersendiri.Â
Bahkan aroma laut yang tercium oleh hidung, suara burung yang kadangkala melintas, sungguh, adalah keindahan yang tiada tara. Semuanya, hanya bisa saya dapatkan jika berada di pantai, dan tak dapat saya peroleh di tempat yang biasa. Kemudian, badan menjadi rileks dan sedikit penat yang ada di diri menjadi sirna.
Ombak menari-nari berkejaran menuju pantai, seolah tak pernah letih. Tapi... Â Ada satu hal yang membuat saya sedih ketika berkunjung ke pantai saat sekarang.
Ya. Ombak itu memang menari dan memberi sensasi yang luar biasa. Tetapi, kadang kala ombak akan membawa sampah yang terhanyut dari lautan, yang entah dari mana asalnya. Sampah kayu, plastik, bahkan sering sampah rumah tangga ikut terhanyut dan terbawa ombak ke daratan. Pantai menjadi tak bersih. Pemandangan yang indah menjadi sirna.
Jika ketika jenuh ingin menikmati suasana pantai yang indah, bersih, akhirnya akan sedikit kecewa karena timbunan sampah yang merusak pemandangan.
Seperti kita ketahui, sampah adalah sesuatu yang tidak terpakai dan sengaja dibuang oleh manusia. Jika setiap hari manusia membuat sampah dan membuangnya, maka makin lama sampah akan memenuhi alam sekitar dan lingkungan tempat tinggal.
Terutama sampah plastik, yang akan lama bisa terurai oleh alam. Memang, ada beberapa sampah plastik yang didaur ulang oleh sebagian masyarakat, tetapi tidak sepadan dengan jumlah timbunan sampah plastik yang setiap hari bertambah.
Berdasarkan informasi dari Kompas.com, total timbunan sampah plastik tersebut hanya sekitar 10-15 persen saja yang didaur ulang. Selebihnya ditampung di tempat pembuangan akhir (TPA) dan 15-30 persennya belum terkelola. Sampah yang belum terkelola itu akan berakhir terbuang di lingkungan sungai, danau, pantai, dan laut.
Sampah plastik termakan oleh mereka. Perut mereka tak mampu mencernanya, akibatnya ikan dan makhluk laut itu keracunan dan akhirnya mati. Menyedihkan, bukan?
Adalah sebuah tantangan, bagaimana mengurangi sampah yang dihasilkan oleh manusia. Terutama sampah plastik yang menjadi momok itu.