Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Atifa, Jiwa yang Penuh Kasih Sayang

15 Januari 2019   22:58 Diperbarui: 15 Januari 2019   23:07 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hani, tolong gantikan aku ya. Memasak nasi untuk mereka. Aku agak pusing."

Hani mengiyakan dan menyuruhnya istirahat. Tetapi sebelumnya Hani menyuruhnya untuk makan dulu beberapa kue yang ada di toples atas meja makan. Atifa sering lupa makan, hingga ia menjadi lemas. Mereka berdua memang saling menjaga. Bahkan melebihi seperti saudara.

"Han, kamu juga jangan lupa makan, agar kuat. Bukankah jika kita kuat akan banyak hal yang diperbuat untuk membantu mereka?"

Hani mengangguk.

***

Satu bulan kemudian.

Atifa memandang seluruh ruangan. Kamar ini masih sama seperti tahun lalu, ketika Atifa membantu mamanya merapikan dan membersihkannya. Sebelum akhirnya ia memutuskan berangkat ke pulau terpencil jauh dari rumahnya.

Tempat tidur berukuran 120x200 di sudut kamar, berseprai motif bunga-bunga pink dan memiliki dua bantal dan satu guling dengan sarung warna senada. Seprai favoritnya. Mamanya sengaja memasang demi menyambut kedatangannya.

Kemudian ia tertidur pulas. Tanpa sempat membersihkan wajah terlebih dahulu. Bahkan tas koper dan beberapa tas jinjing masih tergeletak di sisi tempat tidur.

Mama Atifa menengok ke kamar. Dan membiarkan ia beristirahat. Karena pasti kecapekan setelah satu bulan penuh sebagai relawan. Wajah Atifa tampak berseri, meski ia sedang tidur.

Sedang di layar ponselnya yang ia letakkan di meja rias dekat pintu kamar mandi dalam, baru saja berkedip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun