Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Es Jati Khas Kota Blora, Terbuat dari Daun Jati

14 Desember 2018   08:48 Diperbarui: 14 Desember 2018   10:51 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abangnya sedang meracik Es Jati. Heem.. seger nih kayaknya. Selain menjual Es Jati, juga menjual kue dan gorengan. Banyak pembelinya loh. (Dokpri)

Lalu abang penjual es itu menjawab, bahwa es jati ini terbuat dari daun jati pilihan yang masih muda. Diambil klorofilnya lalu diberi berbagai bahan pendukung, hingga menjadi sebuah minuman yang sedap. Wah, abangnya memakai bahasa keren. Pakai istilah klorofil segala. Hehehe....mantap!

Eh, klorofil kan zat hijau daun ya? Jadi teringat pelajaran biologi pada waktu sekolah dulu nih. Berarti es ini bahannya terbuat dari zat hijau daun jati? Betul, jawab penjualnya. Meskipun saya masih penasaran dengan cara bikinnya, tetapi saya tidak bertanya lebih lanjut. Saya lebih tertarik bagaimana rasanya.

"Ya deh, pak. Pesan dua gelas. Buat saya dan kawan saya."

Mau merasakannya? Dan kepo gimana rasanya? Tentu saja. Lalu bayangan saya mengembara saat abangnya mulai meracik pesanan saya. Wah, jangan-jangan nanti pahit. Hem, atau...

Sambil meracik es, abangnya bercerita, bahwa daun jati pilihan tadi, diambil hijau daunnya, kemudian dicampur dengan santan dan gula merah. Semuanya berbahan alami tanpa pengawet. Lalu dimasak menjadi satu. 

Zat hijau daun jati itu larut menyatu dengan air santan. Anehnya, warnanya hijau putih. Tidak coklat padahal memakai campuran gula merah. Sebagai toping pendukungnya memakai agar-agar yang dipotong dadu. Dan es batu tentunya. Sedikit susu coklat di atasnya.

Taraaaa.... es jati telah ada di depan mata. Seruputan pertama, hem. Rasanya manis, santannya terasa. Irisan agar-agar kadang terbawa sampai ke mulut. Dan, glek, ada aroma daun jati. Apakah pahit? Oh, ternyata tidak! Manis saja gitu. Nggak pakai pahit.

Tak berapa lama, tandas sudah satu gelas es jati berpindah ke dalam perut. Melewati kerongkongan yang haus. Akhirnya tertuntaskan dahaga. Es Jati ternyata enak dan segar. Manis, semanis kawan seperjalanan saya. Hahaha... jangan keras-keras ya, nanti dia ke-geer-an.

Segelas es jati hanya tiga ribu rupiah. Murah. Jika mau, bisa nambah beberapa gelas. Hehehe... enggak lah. Kalau kebanyakan nanti perut bisa kembung. Segelas cukup, dan beberapa makanan kecil, gorengan dan kacang. Harga gorengan, antara seribu hingga tiga ribu limaratus, tergantung jenisnya. Sedaplah.

Abangnya nyeletuk, coba ibu datang pada hari Senin, jajanan yang ada di sini lengkap. Enak semua. Saya hanya tersenyum. Ia tidak tahu, kalau saya datang dari jauh. Semarang. Tiga jam perjalanan menuju ke kota ini. Ya deh, kapan-kapan saya datang pas hari Senin, biar bisa merasakan jajanan yang katanya enak semua.

Nah, bagaimana? Jadi penasaran dan ingin mencicipi es (daun) jati kan? Datang saja ke kota Blora. Karena es jati hanya dijual di sini. Tetapi jika merasa jauh, kita bisa membuatnya sendiri. Asal tersedia semua bahan-bahannya, ya. Terutama daun jati yang menjadi bahan utamanya. Dan daunnya harus daun muda. Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun