Malam itu, mungkin adalah satu waktu dimana sebuah peristiwa, membuat saya bagai terbuai mimpi. Tetapi ketika saya mencubit diri saya sendiri, auw... terasa sakit. Ternyata ini bukan mimpi. Ini kenyataan dan saya berada di dalamnya.
Penghargaan Kompasiana Award 2018 kategori Best in Fiction diberikan kepada saya. Alhamdulillah. Tentu saja saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang atas izinnya, sesuatu yang menjadi keinginan saya bisa terwujud.
Memang saya tak begitu berharap banyak dari terpilihnya saya masuk nominasi Best in Fiction tahun ini. Karena nominator lainnya memiliki potensi dan karakter yang kuat. Mas Mim Yudiarto, kak Nurul Pertiwi, mas Pringadi dan mas Maman A Rahman. Sungguh, mereka adalah penulis yang hebat dan patut diperhitungan.
8 Desember 2018. Saat itu saya datang ke Lippo Mall Kemang Jakarta ketika hampir sore hari. Situasi jalanan Jakarta yang macet dan ramai membuat laju taksi yang saya tumpangi tidak bisa maksimal kecepatannya. Beberapa kali berhenti dan itu memakan waktu. Sementara mbak Siti Nur Hasanah teman saya sesama admin RTC sudah menunggu.
"Sudah sampai mana?"
"Masih di taksi mbak." jawab saya. Karena saya yang tidak mengetahui seluk beluk Jakarta, tidak tahu berada di mana, maka saya menjawab masih di taksi.
Sesampai di Lippo Mall Kemang, suasana telah ramai. Kemudian saya registrasi dan mendapat hadiah dompet juga topi hitam sebagai marchandise. Lumayan, buat kenang-kenangan untuk dibawa pulang. Istimewa? Tentu saja, karena ada tulisan Kompasianival dan Kompasianer. Keren.
Lalu saya masuk area acara Kompasinival. Masih bingung. Saya bertemu Pak Thamrin Sonata. Penulis senior, yang juga penulis idola saya. Pak Isson, Pak Iskandar Zulkarnaen.
Setelahnya bertemu mbak Tamita, Syifa Annisa dan mbak Muthiah. Wah, ternyata di pojokan kanan panggung telah banyak berkumpul Kompasianer. Juga ada Menteri Zaman Now Bapak M Hanif Dhakiri. Mereka berkumpul di sana. Termasuk Kompasianer dari Jambi, Ibu Nursini. Salim, bu. Alhamdulillah. Bahagia hati saya bertemu mereka.
Tibalah saat pengumuman Kompasiana Award. Best in Specific Interest diraih oleh dr. Posma Siahaan. Best in Opinion diraih oleh kak Krishna Pabichara. Lalu saat dibacakan nominasi Best in Fiction, hati saya seolah luruh, saat nama saya disebut sebagai pemenang Best in Fiction Kompasiana Award 2018. Bahagia bercampur haru. Ketelatenan saya di bidang fiksi tak sia-sia. Saya memang menyukai sesuatu yang mengalir. Berproses dan ketika tiba saatnya, akan memetik hasilnya. Alhamdulillah.
Bisa bersanding dengan penulis hebat seperti mereka, saya merasa tersanjung. Apalah saya. Hanya seorang ibu yang kebetulan memiliki hobi menulis. Dan beliau-beliau adalah penulis hebat. Tetapi mereka membuat saya merasa ikut menjadi hebat. Dan saya tetap harus ingat pada salah satu pesan sahabat saya, bahwa seorang penulis tidak boleh sombong dan tetap berkarya.