Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rumah Ayah

19 November 2018   23:11 Diperbarui: 20 November 2018   02:04 1742
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay.com

"Pak Dhana, hanya tinggal bapak yang belum menanda tangani persetujuan ini. Tetangga bapak dan rumah sekitar, telah resmi melimpahkan tanah mereka kepada kami. Sebaiknya bapak juga mengikuti jejak mereka, pak. Kami mohon. Agar pembangunan gedung ini cepat terealisasi."

Ia terdiam sejenak. Kemudian menjawab, "Tolong beri saya waktu satu minggu lagi. Setelahnya, biar saya tanda tangani perjanjian itu."

Dan ketika waktu yang begitu cepat menuju suatu penerimaan, persetujuan itu akhirnya datang juga.

***

Proses pendewasaan dirinya, bermula ketika ayahnya bangkrut. Usaha pesat ayahnya, tak selamanya jaya. Ada masa di mana usaha yang dirintis ayahnya dari nol mengalami masa sulit. Ia tak lagi menjadi orang yang bisa memenuhi segala keinginannya seperti di masa lalu. Beruntunglah ia sudah sering menempa dirinya agar survive. Meski ia sempat kehilangan mimpi untuk bersekolah ke luar negeri. Mimpinya itu ia kubur dalam-dalam.

Juga mimpinya untuk menikahi Tia. Kekasihnya yang telah ia pacari tiga tahun lamanya. Ternyata Tia hanya menginginkan hartanya. Buktinya, saat ayahnya bangkrut dan saat ia harus lebih mengencangkan ikat pinggang, Tia memilih berlalu darinya. Ia hanya bisa gigit jari. Beruntunglah ia tidak jadi menikah dengannya. Tia yang tidak setia dan hanya setia pada harta.

***

Detak waktu mulai merambat cepat.

Rumah Ayah. Hanya itu sisa peninggalan untuknya. Ia menjaganya dengan sangat hati-hati.

Setelah ayahnya tak mampu membiayainya, ia mulai mencari pekerjaan. Untuk dirinya, juga ayah dan ibunya. Ayahnya mulai sakit-sakitan karena memikirkan nasibnya. Sedangkan ibunya, merupakan sosok yang setia mendampingi ayahnya.

Datanglah masanya. Ia mampu menjadi orang yang sukses, meski harus putus kuliah. Bahkan tak disangka. Karunia Tuhan datang dengan rezeki bertubi-tubi dan mengalir deras. Bisnisnya sukses. Ia mampu membeli apa saja yang ia mau. Juga sebuah rumah yang megah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun