Pernah berkunjung ke kota Blora? Saya pernah beberapa kali ke sana. Kota yang berjarak kurang lebih 123 km dari Semarang Jawa Tengah ini, memakan waktu tempuh sekitar 3 sampai 4 jam. Bisa melewati kota Purwodadi, atau jalur pantura kota Rembang.
Kota kecil ini relatif nyaman untuk menjadi tempat tinggal. Penduduknya belum begitu padat. Lalu lintas juga tidak begitu ramai dan masih lebih tenang serta bersih udaranya jika dibandingkan dengan kota Semarang.Â
Blora dijuluki Kota Kayu Jati, karena merupakan penghasil kayu jati terbesar di pulau Jawa. Kayu jati dari Blora terkenal memiliki kualitas paling baik se Indonesia. Bahkan kayu jati Blora juga populer di mancanegara.
Kota Blora juga dijuluki Kota Sate, karena satenya terkenal enak. Tetapi kuliner yang ada di sana ternyata tidak hanya sate. Ada rawon, tahu telor yang khas, juga soto klethuk. Saya pernah merasakan tahu telor Blora yang lezat dengan bumbu khusus kecap asli kota ini yang menjadi cirinya.
Kemarin saya mengunjungi kota ini karena ada suatu kepentingan. Saya penasaran dengan Soto Klethuk. Ketika saya ditawari makan siang oleh kawan saya, langsung mengiyakan. Lalu ia mengajak ke sebuah warung soto. Namanya Warung Soto Klethuk Pak Galo yang ada di Jalan Gunung Sindoro 1C Blora.
Sayapun memesan soto klethuk untuk makan siang. Eh, apa itu soto klethuk? Mengapa dinamakan soto klethuk? Apa saja sih isian di dalam soto klethuk ini? Pertanyaan ini yang ada di kepala saya saat mampir di warung.
Soto Klethuk merupakan soto khas kota ini. Seperti kota lainnya yang memiliki kuliner soto yang khas.
Penjual mulai menyajikan. Sedikit nasi di taruh dalam mangkok, kemudian diberi soon, kecambah, telur rebus iris tipis dan suwiran ayam. Lalu kuah bening beraroma jahe, daun salam dan serai menyeruak, dituang ke atasnya.
Pemberian topingnya adalah irisan daun bawang, daun kucai dan bawang merah goreng. Seperti layaknya soto bening dari kota lain, tetapi ada pembedanya dan menjadi ciri khasnya sebagai seentuhan terakhir.
Nah, inilah rahasianya mengapa dinamakan soto klethuk. Setelah semangkok soto hampir sempurna penyajiannya, maka toping terakhir pemberian taburan ketela pohon potong dadu kecil yang digoreng garing. Hanya di kota Blora loh.
Hem, bagaimanakah rasanya? Apakah sedap dan segar?
Dari aromanya tercium bau sedap. Rempah-rempah seperti jahe dan serai dominan. Kuah kaldu ayam kampung juga mempengaruhi aroma. Lebih gurih. Lalu, bagaimana rasa toping yang menjadi ciri khas soto ini? Apakah keras? Oh, ternyata tidak. Toping ini empuk dan renyah! Pas cocok deh.
O, jadi ini, mengapa dinamakan soto klethuk? Karena pada saat kita menyantapnya, akan berbunyi klethuk-klethuk dari singkong goreng garing tadi. Hahaha... Mantap. Memang bikin galo, seperti nama warungnya, Pak Galo.
Baru kali ini saya menemui soto yang disajikan dengan singkong goreng garing. Sedap dan lezat. Apalagi ditambah dengan lauk daging empal empuk, perkedel dan tempe goreng. Alhamdulillah kenyang.
Jangan takut membayar mahal di warung ini. Karena makanannya terjangkau oleh kantong. Empat orang hanya membayar delapan puluh lima rubu rupiah. Murah meriah. Tertuntaskan rasa lapar dan puas.
Recommended.
Setelah selesai makan dan pekerjaan saya rampung, saya melanjutkan perjalanan, pulang ke Semarang. Tetapi saya mampir dulu mengunjungi sahabat Kompasianer dari Blora, mbak Yuni Astuti. Beginilah enaknya bergabung di Kompasiana. Salah satunya memiliki banyak teman. Saat berkunjung ke kota lain, ada ampiran untuk berkunjung.
Dengan terpaksa karena ada tanggungan yang di rumah, kali ini saya benar-benar pamit mau pulang. Dan mbak Yuni yang baik hatinya, menjadikan saya kerasan di sana. Hahaha... apalagi mbak Yuni membawakan oleh-oleh untuk dibawa pulang. Keripik tempe, yang merupakan oleh-oleh khas kota Blora. Terimakasih banyak ya mbak... Saya pamit.
Ciao, Salam,
Wahyu Sapta.
Semarang, 9 November 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H