Baru musim kata emak-emak, ya? Memangnya kalau emak-emak kenapa? Emak-emak itu jika digabung identik ramai, ceria dan kreatif. Kekuatan emak-emak kadang-kadang bisa di luar pemikiran normal. Kelihatannya lemah lembut, tidak berdaya, tetapi ternyata memiliki kekuatan yang dahsyat. Hehehe... tetapi sih maksudnya bukan itu.Â
Jadi, memang seorang ibu, memiliki kelebihan yang diberi oleh Yang Maha Kuasa, bahwa ia akan lebih survive saat terjepit. Dalam artian, ia akan bertahan sekuat tenaga dalam mempertahankan diri. Apalagi jika itu menyangkut dengan anaknya, ketika sang anak dalam bahaya. Membela anak adalah hal yang akan dilakukan sepenuh jiwa raga. Jika perlu mengorbankan dirinya, agar anaknya bisa terlepas dari bahaya. Istilahnya "The power of emak-emak"
E tapi, saya baru tidak membicarakan dan tidak akan memperpanjang masalah the power of emak-emak. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya, saat saya bergabung dengan ibu-ibu di kampung saya. Seperti biasa, ibu-ibu RT di kampung saya, tiap tahunnya memiliki jadual khusus untuk berwisata tanpa keluarga. Hanya ibu-ibu saja.Â
Dananya juga tidak banyak. Kami menabung setiap bulannya. Jadi tidak memberatkan. Karena wisata ini kan bersifat untuk happy saja. Setiap arisan, kami menabung khusus untuk acara wisata. Bahkan dari dana yang terkumpul, bisa untuk membeli seragam, yang berupa kaos dan kerudung. Maksudnya sih agar lebih santai. Baru tahun ini saya bisa mengikutinya. Tahun sebelumnya tidak bisa bergabung karena kesibukan saya mengurus keluarga dan pekerjaan. Dan... ternyata, menyenangkan!
Tahun ini, ibu-ibu memiliki jadual wisata ke Bandungan Kabupaten Semarang. Hanya satu jam dari Kota Semarang. Tujuan pertama adalah Candi Gedong Songo. Sejak awal sampai ke sana, terkena macet saat akan memasuki kawasan wisata.Â
Kebetulan hari Minggu, jadi banyak yang berkunjung ke sana. Ketika sampai di lokasi, hanya sebentar untuk berfoto-foto. Tidak naik ke atas candi. Padahal Candi Gedong Songo memiliki sembilan candi yang bisa di tuju, loh. Dengan alasan capek, maka mereka tidak naik ke atas candi.
Saya sempat berfoto sebentar dengan kuda, hanya berfoto dan tidak menaikinya. Hehehe.. enggak tega rasanya naik kuda. Padahal kuda kan memang untuk sarana transportasi. Lalu kemudian saya turun.
Nah tuh kan. Saya dan ibu-ibu lainnya langsung ceria. Kalap dan lupa sejenak. Melupakan rutinitas sehari-hari, bahwa nanti ketika sampai di rumah, masih banyak cucian yang menumpuk, setrikaan segunung dan cuci piring seabreg. Hahaha...