Memasuki bulan Agustus, berarti ada semangat 45. Semangat timbul karena mengenang jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan pada tahun 1945. Seperti kita ketahui bahwa setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan di setiap bulan Agustus pula, menjelang hari kemerdekaan, kampung-kampung akan mengadakan lomba-lomba. Baik lomba makan kerupuk, balap karung, gerak jalan dan lain sebagainya.Â
Ada juga lomba-lomba yang disesuai dengan kreativitas panitia lomba. Pastinya seru.
Di kampung saya, seperti kampung-kampung lainnya, setiap tahun ada agenda khusus mengadakan lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Seperti jalan sehat, lomba untuk anak-anak, remaja dan orang tua. Kemudian, pada saat malam tanggal 17 Agustus, akan diadakan malam tirakatan.
Kampung saya masuk dalam wilayah kota Semarang, merupakan sebuah kampung yang tidak terlalu kota, tetapi juga tidak terlalu desa. Kebanyakan warganya adalah para pekerja. Dan kesempatan untuk bertemu antar warga, adalah pada saat ada kegiatan.Â
Misalnya arisan, halal bi halal dan acara tujuh belasan seperti ini. Pertemuan yang hanya bisa dilakukan di hari tertentu sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar warga. Karena meskipun bertetangga dekat, kadang-kadang jarang bisa bertemu loh. Masing-masing memiliki kesibukan sendiri.
Tanggal 1 Agustus kampung sudah bersolek. Jalan kampung pinggirnya dicat dengan garis putih. Beberapa titik tengah jalan, dicat gambar dengan berbagai macam corak. Warna pelangi. Bendera Merah Putih mulai dikibarkan. Umbul-umbul dengan berbagai macam warna mulai dipasang di beberapa titik kampung. Menambah meriah suasana. Wah, sudah mulai terasa semangat 45-nya. Nuansa kemerdekaan. Nuansa Merah Putih.
Pada hari Minggu (5/8/2018), warga satu RT di kampung saya mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-73 dengan mengadakan lomba-lomba.
Mereka selalu menunggu momen ini. Karena ada rasa gembira saat mengikuti lomba. Padahal lomba yang diadakan sederhana saja. Yang penting keseruannya dan kekompakan. Ada rasa kompetisi, meskipun jika kalah juga tidak mengapa. Yang penting ikut memeriahkan suasana.
Lomba mengambil ikan, yang kemudian dipindah ke tempat lain, jaraknya sepuluh meter dengan berlari. Siapa yang mendapat ikan paling banyak, itulah pemenangnya. Suasana rame dengan gelak tawa, karena kadang-kadang ikan jatuh sebelum sampai ke tujuan. Harus mengulang kembali ke tempat ikan, kemudian dibawa kembali ke ember yang sudah disedikan oleh panitia dengan berlari.
Siapa yang berhasil mengisi air paling banyak ke dalam botol, ialah pemenangnya. Wah, kali ini saya kalah. Air yang saya isikan ke dalam botol, sedikit. Banyak jatuh di tengah jalan pada saat saya berlari. Hahaha... padahal sudah semangat 45 loh. Biar saja. Yang penting kan serunya. Dan bisa ketemu dengan tetangga.
Nyaman, karena memiliki tetangga yang baik kepada kita, begitu juga sebaliknya. Tetangga ibarat saudara dekat. Senang susah, mau tidak mau yang lebih dekat adalah tetangga. Ameh sambat kalih sinten jika yang lebih dekat adalah tetangga?
Semarang, 6 Agustus 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H