Lomba mengambil ikan dengan cara berlari. Siapa yang mendapat ikan paling banyak, ia pemenangnya. (Dokpri).
Mereka sangat antusias dan bersemangat. (Dokpri).
Paling seru adalah lomba yang diikuti oleh anak-anak kecil seusia Paud. Bahkan ada yang mogok, malah ngobrol di tempat ikan. Nguber ikan susah sekali, karena ikan itu berenang. Ada juga yang menangis, karena tidak bisa menangkap ikan. Bagaimana bisa mengambil ikan, karena ia risih saat memegang ikan. Hehehe... tugas orang tuanya untuk menenangkan anaknya. Ini adalah lomba yang tidak serius, tetapi menyenangkan. Akhirnya anak gembira lagi. Ikut lomba lagi.
Sedang lomba, mereka malah ngobrol sambil nguber ikan yang sedang berenang. Hehehe... (dokpri).
Ada yang nangis karena tidak bisa memegang ikan. Karena risih saat memegangnya. Hehehe... (dokpri).
Harusnya lomba menendang bola secara pinalti ke gawang. Si Baim malah menggiringnya ke gawang. Hahahaha.. nggak papa, yang penting seruuu... (dokpri).
Tak kalah serunya adalah lomba untuk para ibu. Lomba memasukkan air ke dalam botol, tetapi air yang diambil dari tempat lain. Menggunakan tangan, tidak boleh dengan gayung. Dengan berlari, air yang berada di tangan dibawa hingga ke tempat botol.Â
Siapa yang berhasil mengisi air paling banyak ke dalam botol, ialah pemenangnya. Wah, kali ini saya kalah. Air yang saya isikan ke dalam botol, sedikit. Banyak jatuh di tengah jalan pada saat saya berlari. Hahaha... padahal sudah semangat 45 loh. Biar saja. Yang penting kan serunya. Dan bisa ketemu dengan tetangga.
Tak kalah serunya adalah ibu-ibu yang bersemangat 45 berlari untuk mengisi air ke dalam botol dengan tangan kosong. Banyak yang habis di jalan. (Dokpri).
Bapak RT dan ibu RT, lomba membawa balon di kepala, sambil berjoged. Balonnya enggak boleh jatuh... seru deh... (dokpri).
Lomba ini bukan sekedar kalah dan menang, tetapi keseruan dan ajang silaturahmi antar tetangga lebih penting. Jika antar tetangga guyup, rukun, maka kita akan kerasan tinggal di rumah. Meskipun tidak bisa bertemu tiap hari karena kesibukan, tetap saling menjaga, saling peduli dan saling mengerti.Â
Nyaman, karena memiliki tetangga yang baik kepada kita, begitu juga sebaliknya. Tetangga ibarat saudara dekat. Senang susah, mau tidak mau yang lebih dekat adalah tetangga. Ameh sambat kalih sinten jika yang lebih dekat adalah tetangga?
Sebelum pulang, narsis dulu. Biasa... ibu-ibu muda zaman now. Hehehe... (dokpri).
Jadi, bagaimana lomba-lomba di tempat kalian? Seru juga, kan?
Semarang, 6 Agustus 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya