Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keseruan Lomba "Tujuh Belasan" di Kampung, Sebagai Ajang Silaturahmi

6 Agustus 2018   23:17 Diperbarui: 13 Agustus 2018   21:27 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarapan dulu dengan nasi kepel isi ikan pedas. (Dokpri).

Memasuki bulan Agustus, berarti ada semangat 45. Semangat timbul karena mengenang jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan pada tahun 1945. Seperti kita ketahui bahwa setiap tanggal 17 Agustus, kita memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Dan di setiap bulan Agustus pula, menjelang hari kemerdekaan, kampung-kampung akan mengadakan lomba-lomba. Baik lomba makan kerupuk, balap karung, gerak jalan dan lain sebagainya. 

Ada juga lomba-lomba yang disesuai dengan kreativitas panitia lomba. Pastinya seru.

Di kampung saya, seperti kampung-kampung lainnya, setiap tahun ada agenda khusus mengadakan lomba untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI. Seperti jalan sehat, lomba untuk anak-anak, remaja dan orang tua. Kemudian, pada saat malam tanggal 17 Agustus, akan diadakan malam tirakatan.

Kampung saya masuk dalam wilayah kota Semarang, merupakan sebuah kampung yang tidak terlalu kota, tetapi juga tidak terlalu desa. Kebanyakan warganya adalah para pekerja. Dan kesempatan untuk bertemu antar warga, adalah pada saat ada kegiatan. 

Misalnya arisan, halal bi halal dan acara tujuh belasan seperti ini. Pertemuan yang hanya bisa dilakukan di hari tertentu sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar warga. Karena meskipun bertetangga dekat, kadang-kadang jarang bisa bertemu loh. Masing-masing memiliki kesibukan sendiri.

Tanggal 1 Agustus kampung sudah bersolek. Jalan kampung pinggirnya dicat dengan garis putih. Beberapa titik tengah jalan, dicat gambar dengan berbagai macam corak. Warna pelangi. Bendera Merah Putih mulai dikibarkan. Umbul-umbul dengan berbagai macam warna mulai dipasang di beberapa titik kampung. Menambah meriah suasana. Wah, sudah mulai terasa semangat 45-nya. Nuansa kemerdekaan. Nuansa Merah Putih.

Pada hari Minggu (5/8/2018), warga satu RT di kampung saya mengadakan kegiatan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-73 dengan mengadakan lomba-lomba.

Lomba makan kerupuk oleh remaja, dengan kerupuk yang ditali ke kaki. Jadi susah memakannya, karena kaki harus diangkat. Yang penting serunya. Hehehe... (dokpri).
Lomba makan kerupuk oleh remaja, dengan kerupuk yang ditali ke kaki. Jadi susah memakannya, karena kaki harus diangkat. Yang penting serunya. Hehehe... (dokpri).
Diawali dengan gerak jalan sehat bersama mengitari perkampungan. Anak-anak, remaja maupun orang tua ikut memeriahkan acara tersebut. Setelah jalan, kemudian sarapan pagi, menyantap makanan yang sudah disediakan oleh ibu-ibu. Selesai sarapan, saatnya lomba. Saat yang ditunggu oleh anak-anak. 

Mereka selalu menunggu momen ini. Karena ada rasa gembira saat mengikuti lomba. Padahal lomba yang diadakan sederhana saja. Yang penting keseruannya dan kekompakan. Ada rasa kompetisi, meskipun jika kalah juga tidak mengapa. Yang penting ikut memeriahkan suasana.

Sebelum lomba, sarapan dulu biar kuat. (Dokpri).
Sebelum lomba, sarapan dulu biar kuat. (Dokpri).
Sarapan dulu dengan nasi kepel isi ikan pedas. (Dokpri).
Sarapan dulu dengan nasi kepel isi ikan pedas. (Dokpri).
Ibu-ibu mempersiapkan sarapan untuk semua peserta. Guyup dan kompak. (Dokpri).
Ibu-ibu mempersiapkan sarapan untuk semua peserta. Guyup dan kompak. (Dokpri).
Masing-masing lomba dibagi sesuai dengan usianya. Usia Paud, SD, remaja dan orang tua. Karena memang dikampung saya ini sudah ada tiga generasi. Orang tua, anak dan cucu. Masih banyak anak kecil yang merupakan cucu dari beberapa tetangga saya. Seru, ya.

Lomba mengambil ikan, yang kemudian dipindah ke tempat lain, jaraknya sepuluh meter dengan berlari. Siapa yang mendapat ikan paling banyak, itulah pemenangnya. Suasana rame dengan gelak tawa, karena kadang-kadang ikan jatuh sebelum sampai ke tujuan. Harus mengulang kembali ke tempat ikan, kemudian dibawa kembali ke ember yang sudah disedikan oleh panitia dengan berlari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun