aku menemukanmu, dalam serupa rindu, lalu aku bertanya, apakah yang kau bawa itu rindu?
kau menjawab, aku tak hanya membawa rindu, tetapi juga cinta.
lalu aku bertanya, untuk siapa? mengapa kau menujuku? lalu jawabmu hanya tersenyum.
mereka-reka hal yang tak pasti membuatku menjadi baper, kataku. tetapi kau hanya tersenyum lalu sengaja berlalu.
ketika aku mengejarmu, kau bertanya, apakah harus diungkapkan? aku menggeleng. lalu menjawabnya, tak usah saja.
biar, biar waktu yang akan menjawabnya.
lalu kau taruh rindu dan cinta yang kau bawa, kemudian mengajakku berbincang.
sepertinya akan lebih mengasyikkan jika tak ada rindu dan cinta.
mereka hanya menghalangi kita untuk mengatakan apa adanya,
tentang keburukan kita, tentang wajah jelek kita, tentang tertawa-tertawa yang membuat mata kita berair.
tetapi kala itu, rindu dan cinta mengikutimu. hingga serasa memenuhi rongga nafasmu. kau hampir tak kuasa.
:maaf, tetapi aku mencintaimu, aku tak akan bisa berpura-pura lagi, katamu.
dan aku hanya terdiam membisu, terpaku menatap wajahmu, sambil bergumam, aku tak ingin patah hati.
Semarang, 19 Juni 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H