Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hidup Itu Bagai Aliran Sungai

8 Juni 2018   12:22 Diperbarui: 8 Juni 2018   12:46 857
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eyang memang tidak tinggal di Semarang. Kebetulan rumah sakit tempat menginap eyang ada di Semarang. Sedangkan saya dan keluarga kecil tinggal di Semarang. So, di tahun 2014 itulah, pertama kalinya berlebaran tanpa mudik. Dan tetap tinggal di Semarang. Menunggui eyang.

Hadiah lebaran yang paling berkesan, meski tidak hadiah yang menggembirakan. Hadiah berupa kenangan yang sangat berkesan di lebaran tahun 2014.

Ketika berlebaran di rumah sakit, sebisa mungkin, kami sekeluarga membuat suasana tetap nuansa lebaran. Saya tetap memasak menu lebaran seperti ketupat, opor, sambal goreng, kue-kue lebaran. Saya memasaknya dari rumah, ketika saya pas tidak mendapat giliran jaga. Jadi masih bisa masak. Setelah salat Ied di masjid dekat rumah, kemudian makanan khas lebaran saya bawa ke rumah sakit.

Untuk eyang yang sedang sakit, tentu saja tidak boleh menyantap menu lebaran. Ada menu khusus dari rumah sakit. Menu lebaran adalah untuk anak cucu eyang yang sedang menunggui di rumah sakit. Tetap ada acara sungkem, salam-salaman lebaran. Karena semua berkumpul di rumah sakit. Haru, bahagia, meski juga sedih. Bercampur aduk menjadi satu.

Makanan lebaran habis disantap bersama. Tetap bisa berkumpul keluarga, meski tidak dalam suasana yang nyaman, karena di rumah sakit. Tetap bisa merasakan kebahagiaan lebaran, meski dalam situasi yang sedikit prihatin. Benar-benar hadiah lebaran yang berkesan dan tak terlupakan.

Beberapa hari kemudian, eyang sudah bisa pulang dan kembali ke rumah. Begitu juga anak cucunya, juga turut pulang mengikuti eyang ke rumah, alias mudik. Hehehe... seperti barisan semut. Saat pemimpinnya berjalan, akan diikuti kemana saja oleh pengikutnya. Apa sih yang bisa membuat kesan indah saat lebaran, jika tidak berkumpulnya seluruh keluarga?

Apalagi yang dicari, selain sosok orang tua. Selagi mereka masih ada, harus disayang. Untuk mendapatkan doa dan restunya.  Dan hingga sekarang, Alhamdulillah eyang sehat wal'afiat. Sedang menunggu anak cucunya mudik ke kampung halaman untuk berlebaran. Berkumpul bersama-sama. Merayakan lebaran bersama-sama.

Selamat menjalan ibadah puasa, ya. Semoga puasanya lancar hingga di hari lebaran nan fitri nanti. Aamiin...

Semarang, 8 Juni 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun